Jakarta, tvonews.com – Wakil Menteri Agama (Wamenag), Pastor HR Muhammad Syafi’i, mengatakan Kementerian Agama sedang mempersiapkan sebuah naskah Akdémic dalam pembentukan Direktorat Umum (Ditjen) Pesantren.
Syafi’i mengatakan bahwa meningkatkan keadaan manajemen umum sekolah asrama Islam dalam pengelolaan sekolah asrama Islam, Kementerian Agama telah menciptakan naskah akademik untuk menciptakan kemerdekaan di lingkungan yang berat.
“Kami telah menyiapkan naskah akademis untuk menarik peningkatan dalam keadaan manajemen asrama Islam di Eselon I, yaitu, manajemen umum pesantren. Ini tentang mendukung cita -cita yang diperlukan oleh hukum pesantren, yaitu kemerdekaan yang gagal.
Dia mengatakan Direktorat -Umum untuk Pendidikan Islam dari Kementerian Agama selalu melampaui manajemen pesantren sebelum dipisahkan sehingga gaya warna -warna Islam meningkatkan kualitas pendidikan berat badan.
Dia melaporkan bahwa Presiden Prabowo juga menderita pidato yang terkait dengan pidato untuk membentuk status manajemen umum pesantren.
“Selain adaptasi, presiden juga ingin menimbang lebih baik. Salah satu upaya adalah meningkatkan undang -undang manajemen untuk menjadi manajemen umum (DITJEN) dan membuka program studi baru, Weelth Management,” katanya.
Menurutnya, bobot infrastruktur semakin memenuhi syarat untuk meningkatkan negara ke Direktorat Jenderal Praktik Islam.
“Dengan meningkatkan status manajemen asrama Islam untuk menjadi Direktorat Jenderal Praktik Islam sehingga distribusi dana infrastruktur di pesantren, sumber daya manusia juga dapat meningkat,” jelasnya.
Kementerian Agama juga akan memperkuat sistem studi universitas -universitas agama yang mendukung pembentukan negara yang lebih baik dalam manajemen umum pesantren.
“Kementerian Agama juga menyiapkan peraturan untuk lembaga Islam, publik dan swasta di sektor tersier untuk membuka program studi manajemen pesantren baru,” katanya.
Peningkatan negara ini, katanya, ingat bahwa kemerdekaan Republik Indonesia bahkan jauh lebih muda daripada kehadiran sekolah asrama Islam di Nusntara.
“Resolusi Yihad pada 22 Oktober 1945, yang memberi semangat yang sangat menentukan gerakan rakyat Indonesia ketika penjajah ingin kembali ke kontrol Indonesia yang baru saja mandiri,” katanya.
(Ant / Hap)