Jakarta, disinfecting2u.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati nampaknya prihatin dengan situasi politik dan ekonomi global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Sri Mulyani menjelaskan, arah kebijakan Trump kemungkinan akan lebih cepat dibandingkan periode sebelumnya sehingga akan berdampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Pada konferensi pers pada bulan Desember 2024, Sri Mulyani mengatakan: “Dari sudut pandang politik global, kita tidak dapat berharap bahwa situasi akan membaik, atau ada harapan bahwa keadaan akan membaik, dengan terpilihnya Presiden Trump, Amerika akan menciptakan momentum dalam perekonomian. arah politik.” Edisi APBN di Jakarta, Rabu (12/11/2024).
Sri Mulyani dari APBN berpendapat bahwa di satu sisi, Donald Trump mungkin populis dalam hal pemotongan pajak perusahaan, namun ia juga akan memotong sebagian besar manfaat yang tersedia bagi masyarakat. Keseimbangan fiskal masih harus dilihat.
“Kemudian dari sudut pandang politik migrasi, konflik antara Rusia dan negara lain serta komitmen AS terhadap perubahan iklim juga akan berubah,” tambah Menkeu RI.
Sri Mulyani menegaskan kebijakan tarif tinggi yang diajukan Trump, termasuk ancaman tarif 100 persen terhadap negara BRICS dan tarif 60 persen terhadap produk China, berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik dan mengganggu rantai pasokan global.
Kebijakan proteksionis di Amerika Serikat dapat menyebabkan fluktuasi harga komoditas global dengan membatasi kecepatan penurunan suku bunga The Fed, yang juga dikenal sebagai federal funds rate.
Selain itu, pasar keuangan AS cenderung merespons kebijakan Trump dengan peningkatan pasar saham, namun dibarengi dengan peningkatan defisit dan utang pemerintah.
Tingginya imbal hasil Treasury AS akibat ekspektasi defisit fiskal juga mempengaruhi arus keluar modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya Indonesia mengambil langkah proaktif di tengah dinamika tersebut, terutama terkait tren penguatan dolar AS dan perubahan kebijakan perdagangan AS.
Meski demikian, Bendahara Negara meyakini Indonesia mempunyai peluang untuk memperkuat posisinya di perekonomian global.
Pertahanan terbaik negara adalah menjamin ketahanan pangan dan energi serta memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan komoditas strategis.
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo akan memprioritaskan penguatan ketahanan dalam negeri, khususnya di sektor pangan dan energi, serta memanfaatkan peluang strategis untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah global.
“Selain memperkuat negara di dalam negeri dalam hal pangan dan energi, serta dampaknya terhadap berbagai kebijakan dalam negeri, kami juga melihat bahwa tantangan yang harus kita antisipasi agar dapat mewakili Indonesia dengan baik dalam dinamika global yang sangat tinggi adalah – “Tentu saja, mitra dagang dan investasi terbesar kami adalah Amerika Serikat dan Tiongkok.” dia menjelaskan.
Selain itu, Sri Mulyani menegaskan ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, merupakan isu penting yang juga dihadapi Indonesia.
“Perekonomian Amerika Serikat berkembang pesat di bawah kepemimpinan Presiden Trump, dan kebijakan-kebijakannya mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua, masih mempunyai pengaruh yang perlu kita pantau dan pahami. Dan pengaruhnya adalah hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat berdampak pada seluruh dunia,” ujarnya. (RPI)