NEWS Sri Mulyani Bilang Bagus, Tapi Zulhas Ungkap Dampak Ngeri dari Fenomena Deflasi 5 Bulan Beruntun: Petani dan Pedagang Kecil Bisa Bangkrut?

Jakarta, disinfecting2u.com – Para menteri bereaksi berbeda terhadap penurunan harga komoditas di Indonesia selama lima bulan berturut-turut.

Meski pihak lain seperti Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto menilai situasi berjalan baik, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berpendapat berbeda.

Mendag Zulhas mengatakan, hal ini berarti harga konsumen di Masyarakat sudah turun.

Dengan kata lain, menurunkan harga beli produk juga akan menurunkan keuntungan petani dan pedagang.

Oleh karena itu, jika harga terus turun, petani akan bangkrut dan pedagang bisa menutup tokonya.

“Kalau harganya murah, cabainya murah, misalnya standar kita Rp 40.000, di pasaran hanya 15.000 Naira, langsung petani bangkrut lho, atau telurnya kalau telur kita Rp. 28 ribu kalau cuma Rp 24 ribu ya.

Selain itu, banyak pihak yang menduga anjloknya harga disebabkan menurunnya daya beli masyarakat.

Meski demikian, Zulhas menilai deflasi tidak harus disebabkan oleh penurunan daya beli.

Mungkin penurunan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh peningkatan pasokan di pasar, melebihi permintaan normal.

Apalagi, Menteri yang juga Ketua PANN ini mendengar banyak petani yang mulai sukses panen dan akhirnya ada pasokan produk di pasaran.

Jadi kalau kita kembali ke hukum ekonomi, harga akan turun jika pasokan lebih besar dari permintaan.

“Apakah ada hubungannya dengan daya beli? Saya kira ketika saya berkeliling pasar, apa yang Anda lihat adalah karena perubahan cuaca sebelum hujan berakhir atau tidak, jadi panennya bagus, bawang bombay dan paprika bila tersedia. hujan deras, busuk, makanya “Harta banyak” – kata Zulhas Sri Mulyani meski cuaca tidak merata

Pada gilirannya, Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati bahkan bersyukur Indonesia mengalami devaluasi mata uang selama lima bulan berturut-turut.

Menurut dia, pemerintah berupaya menekan inflasi karena inflasi mempengaruhi daya beli. 

Ia juga menjelaskan, penurunan harga tersebut berdampak positif bagi konsumen Indonesia, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.

Penurunan harga selama lima bulan berturut-turut diyakini telah menurunkan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah yang pengeluaran terbesarnya adalah pangan.

“Menurut saya, ini merupakan perkembangan yang baik karena akan memberikan daya beli masyarakat, terutama masyarakat berpendapatan rendah yang pengeluarannya untuk pangan paling tinggi,” ujarnya, Jumat, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta. “pada (4/10)/2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami penurunan sebesar 0,12% pada September 2024. (MtM).

Angka tersebut menyoroti tren devaluasi berturut-turut selama lima bulan terakhir, dimulai pada Mei 2024. Secara historis, devaluasi pada September merupakan yang terdalam dibandingkan bulan ini dalam lima tahun terakhir.

Deflasi adalah fenomena penurunan harga di suatu daerah. Keadaan ini terjadi karena kekurangan uang yang menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat.

Sri Mulyani menegaskan, penurunan akibat pangan yang buruk atau murah diperkirakan akan mendorong harga pangan ke tingkat yang tidak wajar. 

“Ini baik bagi konsumen di Indonesia, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sebagian besar pengeluarannya adalah untuk makanan,” kata Sri Mulyani.

“Jadi dalam hal ini menurut kami itu hal yang baik,” ujarnya (rpi).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top