Jakarta, disinfecting2u.com – Indonesia terus menghadapi permasalahan kelapa sawit dari Uni Eropa yang terus membawa isu penggundulan hutan dan kerusakan lingkungan ke “sungai”.
Meski demikian, RI tidak tinggal diam dan terus berupaya mempertahankan posisi kelapa sawit sebagai komoditas premium.
Direktur Jenderal Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrahman menguraikan beberapa strategi untuk melawan peraturan anti deforestasi UE atau EU Deforestation Regulation (EUDR).
Eddy menekankan pentingnya riset dan inovasi untuk melawan kampanye negatif yang menyerang industri kelapa sawit Indonesia.
Selain itu, kelapa sawit merupakan salah satu produk utama yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Pemerintah terus memposisikan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan. Dulu minyak sawit dikatakan sebagai penyumbang PDB yang besar, kemudian menyediakan tenaga kerja yang sangat besar hingga 16 juta orang dan tidak hanya pengusaha tetapi juga pekebun atau masyarakat kita, kata Eddy Antara, Jumat (4/10/2024). Menurut Kementerian Keuangan, sektor kelapa sawit di Indonesia telah menarik 2,4 juta petani mandiri dan 16 orang mempekerjakan satu juta orang.
Pada triwulan II tahun 2024, sektor kelapa sawit juga akan mendorong pertumbuhan positif produk domestik bruto (PDB) sektor perkebunan sebesar 3,25 persen.
Pemerintah Indonesia telah lama menerapkan praktik perkebunan berkelanjutan.
Salah satu langkah penting adalah sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO), yang diperkenalkan pada tahun 2011 dan masih diperbarui hingga saat ini.
“Kami telah menerapkan ISPO sejak tahun 2011 dan kami akan memperbarui kembali sertifikat keberlanjutan sebelumnya di hulu dan kemudian di hilir,” tambah Eddy.
Selain itu, BPDPKS aktif mendanai penelitian terkait kelapa sawit dan mendiseminasikan hasilnya untuk pengembangan industri tersebut.
“Nah, Pekan Penelitian Kelapa Sawit (PERISAI) ini antara lain bertujuan untuk mendiseminasikan dan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang didanai BPDPKS agar masyarakat umum, pemangku kepentingan pada umumnya, dapat mengetahui temuan-temuan penelitian yang telah kami kembangkan. tahun, – jelasnya.
Pekan Penelitian Kelapa Sawit Indonesia (PERISAI) 2024 juga dimanfaatkan untuk mempertemukan peneliti dan pelaku industri untuk mengkomersialkan hasil penelitian.
Hasil penelitian jangan diakumulasikan kemudian, tapi digunakan untuk mendukung hilirisasi melalui program komersialisasi.
Kegiatan PERISAI 2024 juga mengadakan kompetisi penelitian kelapa sawit tingkat mahasiswa yang diikuti oleh berbagai universitas di Indonesia.
Sepuluh besar finalis berkesempatan untuk mempresentasikan temuan penelitiannya di hadapan dewan juri, sehingga mendorong minat penelitian di kalangan mahasiswa dan memperkuat industri kelapa sawit berbasis riset di masa depan.
Dari sisi kebijakan, pemerintahan Eddy memperkuat daya saing industri kelapa sawit dengan menurunkan bea keluar yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2024.
Ia juga menyoroti permasalahan kebijakan anti-deforestasi UE, seperti Peraturan Deforestasi UE (EUDR), yang dianggap diskriminatif terhadap minyak sawit.
Saat ini, Komisi UE mempunyai opsi untuk menunda penerapan EUDR selama satu tahun. Hal ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan sistem ketertelusuran produk kelapa sawit dan meremajakan perkebunan kelapa sawit.
Senada dengan itu, Dida Gardera, Deputi Menteri Koordinator Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengungkapkan penolakan EUDR tidak hanya datang dari Indonesia, tapi juga dari negara-negara Eropa.
Salah satu penentang kebijakan ini adalah Kanselir Jerman Olaf Scholz yang menyerukan agar EUDR ditangguhkan.
Beberapa pengusaha Eropa juga menilai peraturan tersebut dapat merugikan bisnis mereka.
“Sebenarnya kami tidak terlalu khawatir, hanya saja masalah waktu pelaksanaannya, jadi ada sedikit penundaan. Jadi dengan menunda tahun ini, mereka menunjukkan niat baik, dan mereka juga mendengarkan posisi tersebut. negara produsen,” katanya.
Airlangga Hartarto meminta UE merevisi EUDR
Di sisi lain, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mendesak UE mengubah Peraturan Anti Deforestasi (EUDR).
Langkah ini diperlukan karena kebijakan ini berdampak pada kepentingan Indonesia di sektor komoditas kelapa sawit.
Rencananya, seperti yang diumumkan Komisi Eropa, adalah menunda implementasi EUDR selama satu tahun.
Menurut Airlangga Hartarto, penundaan tersebut merupakan hasil tekanan Indonesia yang didukung Amerika, Jerman, dan Sekjen WTO.
“Yang penting bagi Indonesia bukan sekedar penundaan, tapi implementasi kebijakannya,” kata Airlangga Jakarta dalam keterangannya, Kamis (3/10/2024).
Melalui berbagai upaya seperti penelitian dan pengembangan kebijakan strategis, pemerintah berharap kelapa sawit terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional menghadapi tekanan global. (semut/rpi)