disinfecting2u.com – Kasus pembunuhan remaja gejala awal (14) di Lebak Bulus, Jakarta Selatan menjadi sorotan publik.
MAS tega mengakhiri nyawa ayahnya APW (40) dan neneknya serta ibunya yang terluka.
Dinamika kompleks kehidupan keluarga terungkap dalam peristiwa tragis tersebut.
Fakta mengejutkan pun muncul di balik tindakan kejam tersebut.
Salah satunya adalah peran stres emosional dalam keluarga yang dianggap sebagai salah satu pemicunya.
Menurut Kombes Pol Ade Ari Rahmat Idnal, Kapolsek Jakarta Selatan, MAS kerap menjadi tempat ibunya memastikan status keluarganya.
MAS mengungkapkan, ibunya kerap menceritakan keluh kesahnya mengenai keadaan keluarga mereka.
Satu hal yang sering Ibu bicarakan adalah ambisinya yang belum terpenuhi, termasuk harapannya yang belum terpenuhi untuk membuka toko roti. Selain itu, ibu MAS juga mengeluhkan karier suaminya, APW, yang tak kunjung naik jabatan di tempat kerja.
Jadi analisa sementara, seperti yang kami laporkan, anak tersebut sering diasuh oleh ibunya karena ada masalah keluarga, kata Kompol Ade Ari Rahmat Idnal di Project Hotrom.
Sebagai spesialis teknologi informasi, APW bekerja sebagai senior software engineer di salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia.
APW juga bekerja sebagai dosen di sebuah universitas swasta.
“Kata ibunya, bapak harusnya naik pangkat, bapaknya kerja di IT tapi saat ini tidak naik pangkat), kalau naik pangkat bisa meningkatkan perekonomian,” tambah Ade Ari.
Meski kariernya mapan, situasi ekonomi keluarga tampaknya tidak mendukung ambisi pribadi ibunya
Tak hanya itu, MAS juga menyebut rencana liburan keluarga dibatalkan karena keterbatasan anggaran.
“Akhirnya dia bilang ke saya kalau bapaknya mau ajak liburan, tapi tiba-tiba dia nggak jadi, ‘Tak usah khawatir, Bu, sebaiknya uangnya dibelanjakan untuk hal lain,’” kata Ade Ari.
“Dan dia juga bilang kalau ibunya sebenarnya ingin punya toko roti, tapi belum bisa,” lanjutnya.
Keputusan ini semakin menambah ketegangan dalam rumah tangga mereka.
Sebelum kejadian, ibunya membawanya ke psikiater sebanyak 4 kali.
MAS langsung melaporkan hal ini ke polisi. Namun remaja tersebut mengaku belum mengetahui alasan ibunya memutuskan membawanya ke psikiater.
Pernyataan ini menunjuk pada masalah psikologis yang mungkin sudah lama terabaikan.
“Anak laki-laki itu berkata, ‘Ibu saya membawa saya ke psikiater sebanyak empat kali,’ tapi dia tidak tahu alasannya,” kata Kompol Ade.
Stres emosional yang dirasakan MAS akibat gagal jantung yang dialami ibunya diyakini menjadi penyebab perbuatan tak patut tersebut.
Analisis sementara polisi menunjukkan bahwa beban emosional yang dialami MAS berdampak pada kondisi mentalnya, terutama karena kurangnya dukungan yang memadai.
APW sendiri dikenal sebagai seorang jenius dengan karir gemilang di bidang IT.
Lulusan Universitas Bina Nusantara ini membangun reputasi profesionalnya melalui berbagai posisi strategis, termasuk sebagai senior software engineer di sebuah perusahaan e-commerce besar.
Kasus ini mencerminkan dinamika keluarga yang kompleks dimana komunikasi yang buruk dan kesulitan emosional dapat mempengaruhi perilaku anak.
Para ahli menyarankan untuk memberi perhatian khusus pada kesehatan mental anak.
Ketika seorang anak menjadi tergantung pada orang tuanya, maka ada risiko anak akan merasa terbebani secara emosional, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada perkembangan emosinya.
Penting untuk memastikan bahwa keluarga yang membutuhkan memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mental.
Penanganan dini dapat mencegah konflik jenis ini sebelum berubah menjadi tragedi. (adc)