Jakarta, disinfecting2u.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S. Uno mendorong pelaku UKM untuk memanfaatkan peluang ekonomi digital yang diperkirakan mencapai $110 miliar pada tahun 2025.
Saat ini pemerintah terus berupaya memberikan perlindungan kepada UMKM agar dapat bersaing secara sehat agar usahanya dapat berkembang.
Senada dengan hal tersebut, Sandiaga mengapresiasi upaya konsisten pendampingan kolaboratif melalui Program MIME untuk Indonesia (UUI) yang dilakukan oleh Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK), Badan Riset Inovasi Nasional dan didukung penuh oleh Center for Sampoerna Business Training (SETC). . ) di bawah payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia” (SUI).
“Saya mengapresiasi program yang dicanangkan oleh Training Center for Entrepreneurs Sampoerna. IDEAL merupakan program digitalisasi dan inovasi bagi UMKM agar bisa menjadi wirausaha yang perekonomiannya bisa terakselerasi menuju perekonomian berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangannya, Senin ini (14 /10). / 2024).
Program UUI telah membantu 1.000 UMKM di DKI Jakarta dan Jawa Barat sejak Februari 2024.
Sebagai acara unggulan dari rangkaian Program UUI, telah diselenggarakan acara Innovation and Digitalization of Entrepreneurs for Advanced Acceleration (IDEAL) 2024.
UUI dan IDEAL 2024 merupakan ajang kedua setelah pertama kali diselenggarakan pada tahun 2023. Pada IDEAL 2024 terpilih 5 UMKM sebagai pemenang yang dibantu oleh INOTEK, BRIN dan Sampoerna SETC.
Lima MIPEmes yang terpilih mulai dari peringkat pertama adalah Batik Gending Amarta, Nutrisi Sari Bogor atau Yogurt Yess, Imah Teuweul Indonesia, Madu Non Pasteurisasi dan Makanan Mbrebes Mili.
Sandiaga yakin bantuan dari pemerintah dan swasta akan membantu mendorong UMKM bersekolah.
Dari 64 juta UKM nasional, diharapkan akan lebih banyak lagi UKM yang dapat membuka peluang usaha dan lapangan kerja dengan memanfaatkan inovasi dan riset yang ditawarkan BRIN.
“Pemerintah jelas akan terus memberikan penguatan dan perlindungan terhadap UMKM untuk menjamin persaingan yang sehat. Kami juga mempermudah UMKM untuk memasuki ekonomi digital karena terdapat peluang ekonomi digital sebesar US$110 miliar pada tahun 2025 dan UMKM harus menjadi prioritas”, katanya ditambahkan .
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko yang turut hadir sebagai panelis mengatakan, dengan sumber daya manusia yang terampil, UMKM dapat beradaptasi dan berinovasi menjawab dinamika perubahan kebutuhan konsumen.
“Inovasi itu berkaitan dengan kemampuan beradaptasi. Padahal riset itu dekat sekali dengan UMKM. Jangan bayangkan riset itu akademis. UMKM mengakses riset orang lain, ini yang kita tawarkan dari BRIN yang merupakan platform inovasi,” ujarnya
BRIN terbuka bagi para peneliti untuk mendapatkan masukan dari para pelaku UKM terhadap permasalahan yang mereka hadapi dan untuk segera mencari alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi para pelaku UKM.
Oleh karena itu, BRIN bersemangat untuk berkolaborasi dengan INOTEK dan SETC untuk membantu UMKM.
Melalui peneliti BRIN, UMKM dapat memperoleh solusi yang relevan dengan permasalahan yang mereka hadapi di lapangan.
Selain itu, Subdelegasi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Herfan Brilianto Mursabdo menambahkan, yang terpenting bagi UMKM adalah kapasitas sumber daya manusia, sedangkan teknologi hanya sekedar sarana. . . Oleh karena itu, pelatihan literasi digital menjadi relevan sekaligus meningkatkan pemerataan akses terhadap infrastruktur teknologi digital.
“Banyak UKM di daerah yang mengeluhkan internet lemot dan harga pulsa mahal. Jadi ada dua hal yang perlu kita lakukan, yakni [meratakan] infrastruktur dan [meningkatkan] kapasitas sumber daya manusia,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Hubungan Antar Lembaga KemenKopUKM Riza Damanik menyatakan, pandemi Covid-19 menjadi pendorong bagi pelaku UKM untuk mengakses teknologi digital.
Sebelum pandemi, kurang dari 9 juta UKM dalam negeri yang sudah beralih ke digital, sementara saat ini terdapat lebih dari 25 juta UKM yang sudah beralih ke digital. Diharapkan pada tahun ini target 30 juta PEME go digital dapat tercapai. Tantangan di lapangan adalah literasi (digital) masih kurang. Tapi UMKM kita juga cepat belajar sehingga jumlahnya yang go digital semakin banyak, kata dia (lkf).