Ritual Manten Kucing, Tradisi Warga Tulungagung untuk Meminta Hujan di Musim Kemarau

Tulungagung, disinfecting2u.com – Berbagai ritual khusus yang dilakukan warga untuk meminta hujan, seperti warga Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung memiliki ritual khusus untuk meminta hujan. Mereka memegang tradisi menyembunyikan kucing atau anak kucing di kawasan Coban Kromo yang kini kering akibat musim kemarau panjang. 

Mereka percaya bahwa ritual menenangkan kucing dapat mendatangkan hujan, sehingga kebutuhan air warga desa dapat terpenuhi kembali.

Menurut penduduk setempat, tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Tradisi kucing dimulai ketika terjadi kemarau panjang di desa tersebut. Seorang tetua desa tidak sengaja memandikan kucingnya di kawasan Coban Kromo. Lalu turunlah hujan dan berakhirlah musim kemarau panjang. Warga yang mengetahui hal tersebut kemudian melakukan ritual saat musim kemarau.

Ritual ini diawali dengan prosesi dua ekor kucing untuk dimandikan. Kucing tersebut diperkirakan menyerupai sepasang pengantin yang memiliki anak kembar. Usai pertunjukan, kucing tersebut dibawa turun ke sungai Coban Kromo. Kepala desa selaku sesepuh kemudian memandikan kedua kucing tersebut usai membacakan doa. Usai memandikan kucing, ritual dilanjutkan dengan pemakaman.

Kepala Desa Pelem Mujialam mengatakan, upacara tersebut didedikasikan untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan hujan di musim kemarau panjang. Baru tahun ini, aliran air di Coban Kromo mengering saat musim kemarau. Sebelumnya, meski musim kemarau, air di Coban Kromo masih mengalir. 

 “Tujuan meminta hujan, beternak kucing, atau menghisap kucing bisa dilakukan pada musim kemarau,” ujarnya. 

Tradisi ini tidak selalu dilakukan setiap tahunnya. Mereka hanya melakukan ritual menyembelih kucing atau menghisap kucing saat musim kemarau panjang. Hingga saat ini masyarakat desa bergantung pada aliran air Coban Kromo untuk kebutuhan sehari-hari. 

Selain itu, airnya digunakan untuk mengairi sawah, namun sejak Juni lalu debit air mulai turun dan mengering.

“Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dari sekarang sampai sekarang tidak ada air, hanya tahun ini saja,” ujarnya.

Sementara itu, meski sempat beberapa kali diguyur hujan di wilayah Tulungagung, Coban Kromo terlihat masih berdiri tegak. (sebuah/tujuan) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top