Ricuh di Polres Taput, Mahasiswa Desak Pembebasan Tahanan Kasus Bentrok di Pahae Jae

Taput, disinfecting2u.com – Aksi demonstrasi kelompok mahasiswa dan masyarakat di Lapangan Polisi Tapanul Utara (Taput) di Jl Letjen Suprapto Tarutung pada Selasa sore (19/11/2024) berakhir ricuh.

Puluhan pengunjuk rasa yang didominasi mahasiswa Taboot tiba di depan Mapolsek Taboot sekitar pukul 10.30 WIB tanpa membawa tuntutan apa pun.

Kedatangan massa pengunjuk rasa terjadi secara tiba-tiba karena mereka tiba-tiba berteriak menuntut hak mereka untuk membebaskan orang-orang yang saat ini ditahan oleh Polisi Peti Mati. Masyarakat percaya bahwa mereka tidak bersalah dan harus segera dibebaskan.

Masyarakat meminta bertemu langsung dengan Kapolsek AKBP Ark Ernes Cetinjak untuk menerima keinginan mereka.

Protes semakin memanas karena Kapolsek Peti Mati tidak pernah bertemu dengan pengunjuk rasa. Massa kemudian menyerbu gedung Mabes Polri, namun puluhan polisi bersiaga dan menghalau massa yang jumlahnya tidak proporsional. 

Salah satu pengunjuk rasa, yang kemudian diidentifikasi sebagai Ketua GMNI Taput Primus Nababan, terlihat ditangkap oleh beberapa polisi. Primus remuk dan mengerang kesakitan, lehernya memar.

Primus berkata: – Beberapa petugas polisi menahan leher saya, dan leher saya memar dan sakit.

Hal serupa juga dialami banyak pengunjuk rasa, yakni ditangkap dan diseret paksa.

Hal ini membuat marah pengunjuk rasa lainnya, dan situasi menjadi kacau. Namun massa masih bertahan hingga sore hari menunggu kehadiran Kapolsek Tabuti dan bergantian menyampaikan tuntutannya.

“Bebaskan ayah saya yang saat ini dipenjara. Ayah saya tidak melakukan penganiayaan, ayah saya tidak bersalah,” teriak Cindy Sinaga, yang kemudian diketahui sebagai putri kandung Y.S., yang saat ini ditahan di peti mati saya, melalui pengeras suara. Polisi terkait bentrokan pendukung pasangan calon di Bhai Gai yang terjadi pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Seorang perempuan lainnya juga ikut berteriak dan meminta keadilan kepada polisi untuk melepaskan kakak perempuannya yang juga kini ditahan Polsek Taboot terkait insiden bentrokan di kawasan Bahai Gai.

“Bagaimana bisa ada perempuan yang memukuli lelaki tua dalam kejadian itu? Lepaskan saudara saya karena dia tidak bersalah dan tidak dipukuli,” teriaknya melalui Imandasay Citorus Bani.

Protes semakin intensif hingga sore hari, ketika Kapolsek Tabuti meminta untuk bertemu mereka dan terus berbicara demi keadilan dan segera membebaskan keluarga para pengunjuk rasa yang ditangkap.

Para pengunjuk rasa juga mempertanyakan ketidakprofesionalan polisi Tabot dalam menangani insiden antar pendukung Gubernur Tabot Balson di distrik Bahai Gai. 

Pengunjuk rasa mengatakan: “Bagaimana rumah sakit yang tidak ada di lokasi kejadian bisa dicurigai dan ditangkap. Ini jelas menunjukkan bahwa polisi Tabuti tidak profesional dan tidak adil dalam menangani kasus ini. Kami menuntut keadilan dari polisi Tabuti.” .

Kemudian sekitar pukul 17.00 WIB, Kapolsek Tabot AKBP Ernes Cetinjak akhirnya menemui massa di halaman depan Mapolsek Tabot. 

Saat diwawancarai massa, Ernes Cetengjak mengatakan pasca bentrokan Semanjumbani dan Bahai Gai, pihaknya kini tengah menyikapi empat laporan yang diterima.

Kapolres mengaku sangat menyayangkan konfrontasi tersebut. Terkait identifikasi dan penangkapan tersangka, dia mengatakan, hal itu dilakukan dengan pemeriksaan saksi dan olah TKP serta alamat perkara.

“Saya sebagai Kapolri tidak bisa membatalkan perintah ini karena sudah melalui proses perkara di Bareskrim. Ketika masyarakat menilai tindakan yang kami lakukan dalam menangani kasus tersebut tidak tepat, ada pengawas internal bagian Propam, ada ombudsman,” kata Kapolsek Taboot sebagai saluran menuntut keadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top