JAKARTA, disinfecting2u.com – Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo terus melakukan banyak reformasi di bidang kesehatan selama satu dekade terakhir.
Sejalan dengan pentingnya Pancasila, khususnya Sila Kelima, pemerintah memperjuangkan hak masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
Hal ini juga diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 1945 dan Pasal 34 Tahun 2009, bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama atas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan sosial terus tumbuh. Pasal 34 ayat 2 Perubahan UUD 1945 mengatur bahwa negara membentuk sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kesehatan dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara berkembang.
Melalui kebijakannya, kinerja Jokowi pada dua periode tersebut mendorong perubahan signifikan di bidang kesehatan, terbukti dengan semakin besarnya akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat.
Jokowi sudah sering berbicara tentang visi jangka panjang Indonesia, khususnya memanfaatkan pendapatan penduduk yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030.
Pada pertemuan penting seperti Majelis Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024, Jokowi menambahkan pendapatan masyarakat bisa menjadi landasan Indonesia menjadi negara maju.
Salah satu pilar tujuan negara berkembang adalah kesehatan masyarakat.
“Kesehatan itu sangat penting, sangat penting, sangat penting,” kata Jokowi saat berpidato di ICE BSD di Tangerang, 24 April 2024.
Jokowi juga berhasil menurunkan angka stunting di Indonesia, dari 37,6% pada satu dekade lalu menjadi 21,5% pada akhir tahun lalu.
Meski demikian, Presiden juga mengakui bahwa tujuan menurunkan angka stunting hingga 14% masih sangat sulit.
Di sisi lain, ia juga menyinggung peningkatan penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan kanker yang masih menjadi ancaman utama di Indonesia.
“Tugas utama kita sekarang adalah mengatasi masalah ini,” tambahnya. Joko mengatakan, puskesmas di banyak daerah telah dilengkapi dengan peralatan pintar seperti USG dan elektrokardiografi yang dapat mendeteksi gangguan kesehatan sejak dini.
Selain itu, Jokowi juga telah mengatasi permasalahan buruknya kondisi sanitasi di banyak daerah, terutama karena masih terbatasnya rumah sakit dan peralatan medis.
Kekurangan dokter, khususnya dokter spesialis, juga menjadi tantangan besar.
“Rata-rata skor dokter kita masih 0,47 dan kita berada di peringkat 147 dunia. Ini yang perlu kita lakukan,” imbuhnya.
Presiden menyerukan peningkatan kerja sama kesehatan antara pemerintah pusat dan daerah.
Rencana kesehatan tersebut diharapkan selesai pada bulan Agustus dan diharapkan dapat menjadi acuan untuk memandu tindakan Indonesia ke depan.
“Kita harus satu garis lurus, pusat dan daerah harus satu garis lurus,” tegasnya.
Presiden juga membahas pentingnya memperkuat sistem kesehatan negara. Menurutnya, Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp 180 triliun setiap tahunnya karena banyak warganya yang pergi ke luar negeri untuk berobat.
Selain itu, ketergantungan Indonesia terhadap impor obat-obatan dan perbekalan kesehatan juga menjadi permasalahan yang mendesak untuk diselesaikan.
“Kami masih mengirimkan 90% bahan baku dan 52% perbekalan kesehatan,” ujarnya dalam kertas kerja kesehatan Jokowi.
Menurut laporan Badan Pengamanan Presiden (KSP), reformasi layanan kesehatan yang dilakukan Jokowi memberikan dampak signifikan.
Saat ini, sebanyak 267 juta penduduk Indonesia terdaftar sebagai peserta JKN-KIS, yang berarti negara ini menyediakan layanan kesehatan bagi 95% penduduknya.
Data BPJS Kesehatan tahun 2023 menunjukkan 115 juta orang telah menerima Kartu Indonesia Sehat (KIS), dengan tingkat penerbitan tertinggi pada tahun 2016.
Per 31 Desember 2023, sebanyak 267 juta penduduk Indonesia (atau 95,75%) telah terdaftar dalam JKN, sedangkan 4,25% penduduk Indonesia belum mendaftar.
Selain itu, BPJS bekerja sama dengan ribuan rumah sakit di seluruh Indonesia, termasuk 3.120 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Lanjutan (FKRTL) yang tersebar di berbagai daerah, menunjukkan peningkatan akses terhadap layanan.
Selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sistem kesehatan Indonesia telah mengalami banyak perubahan positif.
Meski masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti kekurangan tenaga medis dan ketergantungan pada peralatan medis impor, keberhasilan perluasan cakupan JKN-KIS dan penurunan angka stunting merupakan langkah maju yang besar bagi kesehatan Indonesia. (harga eceran)