Tanjungpinang, disinfecting2u.com – Balai Perlindungan dan Pelayanan Buruh Migran (BP3MI) Provinsi Kepulauan Riaz (Kepri) Indonesia akhirnya menindaklanjuti laporan warga Kota Tanjungpinang, Agung Hariyadi, yang diduga dijual dan disandera di Kamboja.
“Kami mendapat laporan dari orang tua (ibu gadis korban) pada Selasa (24/12),” kata Tim Perlindungan BP3MI Kpri Darman di Tanjungpinang, Sabtu (28/12/2024).
Berdasarkan keterangan ibu korban, Darman mengatakan Agung Hariyadi berhasil melarikan diri dari agen yang membawanya ke Kamboja, setelah mendapat bantuan dari warga sekitar. Ia mengatakan, langkah yang dilakukan BP3MI Capri setelah menerima laporan ibu korban adalah berkoordinasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) terkait permohonan surat lamaran ke KBRI Phnom Penh, karena semua korespondensi formal harus melalui BP2MI. .
“Kami juga sudah melihat dokumen identitas korban dan kemudian melaporkannya ke BP2MI,” kata Darman.
Darman menghimbau agar masyarakat tidak tergiur dengan tawaran gaji tinggi untuk bekerja non prosedural, khususnya di Kamboja. Selain itu, Kamboja juga bukan negara penempatan pekerja migran Indonesia (PMI).
Dia mengingatkan masyarakat untuk lebih mewaspadai tawaran atau lowongan pekerjaan di luar negeri, meminta langsung kepada BP3MI atau Dinas Ketenagakerjaan Kepri untuk memastikan pekerjaan tersebut resmi dan prosedural agar tidak menjadi korban perdagangan manusia.
Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, saat ini terdapat sekitar 30 ribu WNI yang bekerja di Kamboja, termasuk Kepulauan Riaz.
Di Kamboja, sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja sebagai pekerja pendukung di sektor perjudian online, serta penipu online. Selain itu, banyak warga negara Indonesia yang bekerja di restoran, bengkel, dan salon.
“Mereka pasti bekerja secara non-prosedural,” kata Darman.
Sedangkan Agung Haryadi merupakan pria asal Desa Sengrang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang.
Dalam rekaman video yang beredar di media sosial beberapa hari terakhir, ia mengaku ditipu, dijual, dan dipaksa bekerja sebagai pengelola perjudian online di Kamboja.
Seorang pria berusia 25 tahun meninggalkan rumah pada 9 Desember 2024. Agung memberitahu ibunya bahwa dia akan berangkat bekerja di Jakarta melalui Batam.
Selama di Batam, Agung ditawari pekerjaan di Malaysia oleh seseorang atau instansi yang dikenal melalui media sosial, dengan janji gaji jutaan rupee per bulan.
“Anak saya dijanjikan bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit di Malaysia,” kata Dessy, ibunda Agung, saat ditemui di rumahnya, Jumat.
Agung kemudian tergiur dengan tawaran tersebut, serta semua dokumen keluar seperti paspor diurus di Batam yang mengundangnya bekerja di Malaysia. Singkat cerita, Agung kemudian pindah ke Malaysia dengan niat bekerja di perkebunan kelapa sawit. Namun alih-alih ke Malaysia, Agung malah disuruh terbang ke Kamboja.
“Dia (Agung) memberi kabar kepada saya melalui WhatsApp, katanya ditipu,” kata Desi.
Setibanya di Kamboja, tambah Desi, putra sulungnya mengatakan ia dijual dan disandera oleh orang tak dikenal di sebuah rumah di Poipet, Kamboja. Di dalam kamar rumahnya, Agung hanya diberi sebotol minuman mineral tanpa makanan.
Selain itu, telepon genggam yang digunakan untuk menghubungi ibu Desi juga disita. “Untungnya, anak saya berhasil lolos saat mobil yang membawanya mengalami kecelakaan dan berhasil diselamatkan oleh warga Kamboja,” kata Desi.
Desi kemudian langsung melaporkan kejadian tersebut ke polisi, BP3MI Capri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kamboja secara online. Ia berharap bocah tersebut segera diselamatkan dan dibawa kembali ke tanah air.
Harapannya hanya ada, anak saya bisa pulang dengan selamat, kata Desi. (semut/wna)