Pilkada Jakarta Memanas, Mulai Muncul Isu Kelompok Intoleran

Jakarta, disinfecting2u.com – Pertarungan Pilkada Jakarta bakal memanas pada November mendatang. Baru-baru ini muncul cerita yang melibatkan unsur agama. Banyak grup WhatsApp yang memposting foto pasangan Promono-Rano yang bertuliskan “Restorasi Jakarta!” Berjalan dengan keras! Setelah 5 tahun sebelumnya, Anis dan Asahishnu dikelola oleh tim” 

Beredar poster “Ahok siap berdiri di belakang Pramono-Rano. Ahok: Saya bertanggung jawab atas kemenangan Prom Massal dan Bang Rano.”

Menyikapi bagaimana cerita tersebut tersebar, politikus PDP, Chiko Hakeem, yang merupakan penentang Fraksi Pramono-Rano, mengatakan bahwa upaya faksi-faksi yang tidak ingin Pramono-Rano menggunakan senjata terhadap satu sama lain. 

Melihat Ahokers dan Anak lebih bersedia mendukung Aba Pramono-Rano saat dihubungi di Jakarta, Selasa (15/10/2024), Chico mengatakan, “Tentara pendukung kedua mantan gubernur itu bangga bisa menaklukkan Promono-Rano. Rano.”

Menurut Ahmad Fadli, peneliti senior Trust Indonesia Research and Consulting, cerita seperti itu lumrah dan akan menggambarkan pemilukada 2017. 

Bahkan, Fadli mengaku tak bisa memungkiri bahwa pertarungan atau konflik antara Pramono-Rano dengan Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF) dan Presidium Alumni (PA) 212 pendukung PDIP adalah nyata.

Pertama, konflik PDIP dengan GNPF atau PA 212 bukan sekedar cerita, kejadian ini terjadi saat PDIP menjadi bagian dari koalisi politik yang mencopot Ahok-Jarot yang notabene PDP pada Pilkada Jakarta 2017, Selasa. (15/10/2024) kata Fadli di Jakarta.

Ia mengatakan peristiwa itu berdampak. Misalnya, kampanye Ahok-Jarot ditolak di banyak wilayah Jakarta, atau para pekerja PDIP juga ikut berjuang saat mengawal kampanye Ahok-Jarot.

Karena itu, perasaan keras ini akan tersakiti dan tidak bisa dipulihkan dengan mudah. ​​Pimpinan PDIP di Jakarta tidak akan mudah memaafkan dan melupakan perselisihan Pilkada DKI 2017 dengan kelompok PA 212, ujarnya.

Lawan Fadhali mengatakan PA 212 dan FPI tidak serta merta menerima calon gubernur yang mengajukan PDIP. Bagi mereka, PDIP adalah musuh ideologis yang dapat menyulitkan ulama PA212 untuk bersatu dalam posisi politiknya, kata Fadli.

Jadi PA212 dan FPI akan mempertahankan sikap itu di fokus Pilkada DKI 2024? Jawabannya mungkin iya, ujarnya.

Indikasi jelasnya adalah terbatasnya komunikasi antara FPI/PA 212 dan elite PDIP Jakarta. Hingga saat ini, belum ada komunikasi rutin antara elite PDIP Jakarta dengan para ulama. 

Fadli menjelaskan, “Meski pemilu sudah hampir 42 hari lagi, namun belum ada tindakan yang dilakukan untuk merayu partai FPI/PA 212.

Sejauh ini belum ada konfirmasi dari stasiun Ridwan Kamil-Suswono. (perut) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top