JAKARTA, TVOnews.com – Kandidat Gubernur Jakarta, Pronmono Anung, memperkuat deklarasi selama debat yang akan berlanjut dengan tempat tinggal atau program vertikal di era Baswedan Anius, meskipun sikap Partai Demokrat Indonesia menolak rencana tersebut.
Pramono mengakui bahwa dia tidak ingin mempertanyakan perbedaannya.
“Yang penting adalah saya melanjutkan, bukan kelompok saya (PDIP),” kata Pramono selama kampanye di wilayah Jakarta Utara, Selasa 11/11/2024).
Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) bahkan mengatakan, bahkan jika itu hanya diambil oleh PDIP, dan partai politik non -politik, Pramono bersikeras bahwa ia akan menjadi gubernur Jakarta jika ia menang, bukan gubernur partai.
“Jadi, gubernur, gubernur Jakarta bukanlah gubernur Partai Demokrat Indonesia,” kata mantan sekretaris jenderal Partai Demokrat Indonesia.
Sebelumnya, Pramono Anung tidak bergerak ketika dia mengingat penolakan kelompok PDI-P yang terkait dengan keputusan Anies Baswedan untuk memungkinkan warga Jakarta untuk menebus hingga empat tingkat. Meskipun dia mengatakan sedang membangun tegak, Pramono Anung tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan ketika Ridwan Kamil mengajukan pertanyaan terkait dengan koefisien lantai konstruksi perumahan (KLB) yang baik. “Kelompok PDI-P pada tahun 2022 mengizinkan Tuan Anies membuat rumah di empat lantai dengan dasar bahwa ia akan menambah beban Jakarta. Di mana ideologi untuk menjawab masalah ini?” Ridwan Kamil meminta Pramono dalam debat yang diadakan di Sultan Hotel pada hari Minggu, 17 November.
Sebagai seorang arsitek, Ridwan Kamil ingin mengeksplorasi bagaimana struktur kedewasaan itu adalah pram-rano. Kepala Jakarta harus memiliki formula KLB terbaik sehingga akomodasi dapat mengambil warga Jakarta, terutama untuk mendukung pertumbuhan populasi di masa depan.
Pada tahun 2022, Anies Baswedan menerbitkan Pergub Nomor 31 pada rencana RDTR (RDTR) yang membuatnya membangun hingga empat lantai dan membawa beberapa keluarga. Undang -undang menerima oposisi dari PDIPP, meskipun telah menjadi salah satu solusi untuk menghilangkan masalah tanah terbatas untuk Jakarta.
Untuk menjawab pertanyaan Ridwan Kamil, Pramono hanya menjawab normal. Dia mengatakan dia akan memperkuat perumahan di negara bagian pemerintah provinsi Jakarta. Ketika dia mendengar jawaban ini, Ridwan Kamil menolak: “Itu dihitung, pemerintah daerah tidak akan cukup, Landir,” kata pria yang umumnya disebut Kang Emil.
Kang Emil kemudian mengutip contoh sederhana dari implementasi empat penyakit perumahan. “Misalnya di Tebet, di Tanah Abang, yang saja bisa menjadi empat lantai untuk membawa lebih banyak orang. Langkah 1 dan 2 ditempati oleh pemilik, sedangkan lantai 3 dapat tujuan pensiun karyawan,” Ridwan Kamil.
Seperti yang kita ketahui, wilayah Jakarta menerima defisit perumahan sekitar 1,4 juta. Jumlah rumah tangga dengan perumahan di Jakarta hanya 56%, posisi terendah di antara negara -negara lain di Indonesia. Sebagai perbandingan, aset rata -rata perumahan nasional adalah 85%. (EBS)