LEMBARAN NEWS Petani Tembakau di Pati Risau, Hasil Panen Tembakau Turun Akibat Kemarau Panjang

Pati, disinfecting2u.com – Akibat musim kemarau yang panjang, pertumbuhan tanaman tembakau di wilayah Pati Jawa Tengah kurang baik pada musim tanam tahun ini. Sebab, produksi tembakau mengalami penurunan pada tahun ini.

Akibat kualitas daun tembakau yang buruk, harga tembakau mengalami penurunan dibandingkan harga tembakau tahun lalu. 

Tanaman tembakau di Desa Mantingan, Kecamatan Yaken, Provinsi Pati, Jawa Tengah, sebagian besar terserang penyakit tanaman tahun ini. Oleh karena itu, kualitas tanaman tembakau menurun. 

Kualitas hasil panen menurun akibat serangan penyakit ini akibat kemarau panjang sehingga tanaman tidak mendapat cukup air.

Zainal Abidin, salah satu petani tembakau di Desa Mankingan, Kecamatan Yaken, melaporkan bahwa produksi tahun ini mengalami penurunan akibat jenis tembakau nori yang ditanam petani.

Tahun 2024 hasilnya lebih rendah. Tahun lalu hasil satu petak bisa mencapai 5 kuintal, sekarang 3 kuintal pun sulit,” kata Zainal Abidin pada Sabtu (12/10/2024).

Selain penurunan hasil, Abidin mengatakan harga tembakau pada tahun ini turun dibandingkan tahun lalu karena penurunan kualitas panen akibat musim kemarau panjang. 

Katanya, harga rokok saat ini antara Rp 35.000 hingga 42.000. Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga tahun lalu yang bisa mencapai Rp 40.000 hingga 48.000 per kilo.

“Harganya tergantung grade atau kualitasnya. Tapi turun dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

“Sekarang harga rokok antara Rp35 ribu hingga Rp38 ribu untuk kualitas terbaik Rp42 ribu. Tahun lalu harga rokok terendah Rp40 ribu dan tertinggi Rp48 ribu,” lanjutnya.

Meski harga jual di tingkat produksi turun, petani tembakau di Desa Mantangan, Kecamatan Yaken, Paki, tidak berencana mengganti barang dagangannya saat musim kemarau. Alasannya, tanaman tembakau lebih menguntungkan dibandingkan tanaman lainnya. 

Selain itu, Abidin mengatakan tembakau dinilai lebih cocok ditanam di desanya karena kondisi tanah dan ketersediaan air.

“Dibandingkan jagung, menurut kami tembakau lebih baik. Karena tembakau tidak membutuhkan banyak air, maka harga jualnya dinilai lebih baik dibandingkan jagung,” jelasnya.

Selama ini tembakau milik petani di Desa Mantingan dijual ke perusahaan-perusahaan di wilayah Rembang. Mereka menjalin kemitraan dengan perusahaan pengolahan tembakau.

“Desa ini potensi tembakaunya besar. Jenis tembakau yang kami tanam adalah tembakau nori. Biasanya kami kirim 2 bola seminggu sekali,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top