Jakarta, disinfecting2u.com – Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2025, melebihi proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Proyeksi ini tercermin dalam Survei Ekonomi Indonesia yang dilakukan OECD pada November 2024. Dalam laporannya, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen pada tahun 2024 dan 5,2 persen pada tahun 2025.
OECD menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan signifikan terhadap proyeksi. Pertama, kenaikan harga pangan dan energi telah menyebabkan kenaikan biaya hidup dan peningkatan dana subsidi.
Kedua, larinya investor dari negara berkembang menyebabkan penurunan kinerja investasi dan aliran modal asing keluar.
Ketiga, bencana alam di Indonesia akan meningkatkan tekanan fiskal pemerintah.
Selain itu, OECD meyakini Indonesia mampu menekan inflasi, dengan inflasi mencapai 6% pada tahun 2022 dan 1,7% pada Oktober 2024.
OECD meyakini perekonomian Indonesia sudah pulih dari dampak pandemi Covid-19. Namun, Indonesia masih dilanda ketidakpastian perekonomian global.
“Dalam jangka panjang, pendapatan publik harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat dan untuk memenuhi tantangan perubahan iklim dan populasi yang menua,” kata OECD dalam laporan yang diterbitkan pada Rabu (27/11/2024).
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, hasil Survei Ekonomi Indonesia OECD 2024 menunjukkan Indonesia tetap menjaga stabilitas perekonomian di tengah ketidakpastian global.
Keberhasilan ini tidak lepas dari kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati serta upaya reformasi struktural.
Sri Mulyani juga menilai Indonesia mempunyai ambisi untuk menjadi negara berpendapatan tinggi.
“Indonesia memiliki visi pendapatan yang lebih tinggi, akses yang lebih luas, dan tentunya memperkuat struktur perekonomian kita. Dalam hal ini, beberapa kebijakan akan terus kita perkuat, seperti memperkuat struktur perekonomian dengan memberikan dukungan kepada dunia usaha. Kekuatan mineral strategis seperti seperti tembaga dan nikel, serta “Kekuatan di sektor lain seperti produk pertanian” yang menjadi prioritas Presiden, kata Menkeu.
Selain itu, menurut OECD, pendapatan per kapita Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 25 tahun terakhir dan kemiskinan ekstrem pun menurun.
Kebijakan publik yang memperluas akses terhadap pendidikan dasar dapat membantu meningkatkan kualitas angkatan kerja, dan memperkuat kebijakan pendidikan kejuruan dapat meningkatkan keterampilan dan persiapan yang lebih baik untuk memasuki industri saat ini.
Dalam hal gerakan hijau, kebijakan Indonesia untuk menghentikan dini beberapa pembangkit listrik tenaga uap dan peningkatan investasi pada pembangkit energi berkelanjutan telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pihak yang aktif dalam kegiatan pengendalian iklim global, serta mencapai distribusi bersih. Pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Seperti yang disampaikan pada KTT Pemimpin G20, kami menjadikan transisi hijau sebagai salah satu prioritas kami. Kami tetap berkomitmen terhadap transisi hijau Indonesia, terutama dalam memilih lebih banyak energi terbarukan,” kata Sri Mulyani. (nba)