Jakarta, disinfecting2u.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkap alasan mengapa perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) masih sulit dilakukan meski sudah berlangsung sembilan tahun. Ia mengatakan, kesepakatan tersebut tidak tepat sasaran karena permintaan Eropa terus meningkat.
“Permintaan banyak yang kita penuhi, kalau ditambah lagi berarti ada masalah. Kita ingin menyelesaikan IEU-CEPA ini, tapi tergantung situasi ya,” kata Zulkifli di Cikarang. , Jawa Barat, Kamis (26/9/2024).
Ia berharap perjanjian dagang yang mengikat IEU-CEPA antara kedua belah pihak, yaitu antara India dan Uni Eropa, dapat diselesaikan secepatnya sebelum amanat pemerintahan baru.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu juga membantah Indonesia telah mengajukan kebijakan lain ke Uni Eropa.
“Enggak, itu bukan ultimatum, kami informasikan. Karena kalau ada pemerintahan baru, saya kira akan lebih sulit. Pak Prabowo (Prabowo Subianto) sudah tahu lagi, kalau Prabowo mau CPO ya, ya. masalah CPO akan kita tangani, ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Hubungan Internasional Kementerian Keuangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan perundingan IEU-CEPA masih sulit karena belum ada kesepakatan mengenai kebijakan para pihak.
“Masih banyak hal di bidang politik yang belum selesai, karena kita masih benar-benar mencari jalan tengah dari permasalahan tersebut. Ini tantangan nyata untuk menentukan kepentingannya,” kata Djatmiko saat berbicara dalam konferensi di Jakarta, l-Rabu (25/9/2024).
Ia mengatakan, salah satu kebijakan yang menghambat perundingan adalah peraturan Uni Eropa mengenai deforestasi, yaitu European Union’s Deforestation Regulation (EUDR).
Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih berupaya melakukan negosiasi dengan Uni Eropa untuk menerima produk pertanian yang dilarang oleh undang-undang kehutanan Eropa.
Namun, kesepakatan antara Indonesia dan Uni Eropa telah dicapai dalam banyak aspek, seperti penurunan instrumen tarif. Hal yang sama juga berlaku di bidang perdagangan, investasi dan pemahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
“Soal teknis sudah dibicarakan, sudah ada konsensus, namun masih ada kebijakan yang belum diputuskan,” ujarnya.
Diketahui, setelah sembilan tahun berselisih paham, IEU-CEPA kini memasuki perundingan kesembilan belas. Meski demikian, Djatmiko menilai target selesainya perjanjian dagang antara Indonesia dan Uni Eropa akan meleset dari target sebelumnya yakni September 2024. (nba)