Jakarta, TVOnews.com – Presiden Dewan Eksekutif PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan NU dirancang untuk menciptakan manfaat bagi Indonesia.
“NU lahir karena itu karena keinginan untuk mencoba memberi manfaat bagi masyarakat, untuk orang -orang,” kata Yahi Cholil Stak, alias gas Yahia dalam lokakarya Vlames di Jakarta, Selasa (4.2.2025).
Gus Yahja mengatakan bahwa peran dalam urusan politik berkontribusi pada penciptaan bangsa yang dibentuk bersama, terutama dari pemerintah.
Dia menambahkan bahwa setiap agenda yang dibentuk oleh pemerintah hadir untuk memberikan dukungan untuk implementasi manfaat dalam masyarakat.
“Setiap pemerintah harus membangun agenda untuk kepentingan orang -orang. Posisi ini adalah untuk mendukung dan berkontribusi untuk mencapai tujuan ini,” jelasnya.
Selain itu, PBNU Ketum menjelaskan bahwa kehadiran juga berperan dalam membantu pemerintah prioritas untuk memilih kesejahteraan publik, pendidikan, dan ekonomi kesehatan masyarakat.
“NU memiliki nilai dasar untuk layanan, layanan masyarakat,” katanya.
Gus Yahia menjelaskan peran negara bagian dalam presiden presiden Sububan-Grabeza Rakoba.
Visi alternatif tidak perlu dicari telanjang saat ini, tetapi karena tujuan yang telah mereka lakukan dapat berhasil dan diselesaikan seperti yang diharapkan.
Masalah ostosit adalah pekerjaan yang harus dipahami oleh para ilmuwan. Gus Yahja menekankan hal ini untuk menerapkan visi dan misi Pemerintah Guba-Gubran.
“Posisi NU memberikan dirinya untuk visi yang diinginkan ini. Penting bagi para ilmuwan untuk lebih memahami apa yang Astosit dan apa yang dapat dilakukan oleh PBNU,” jelasnya.
Dia mengingatkan bahwa kekuatan politik memiliki setiap bagian. Peran NU tidak boleh berpartisipasi dalam masalah ini.
Dia mengingatkan pesan penting yang ditujukan untuk Konferensi Situbondo 1984, di mana dia harus bertindak sebagai bidang pertahanan yang mendukung keberhasilan program negara tanpa berpartisipasi dalam kompetisi politik.
Gus Yahia menyarankan bahwa dengan baik, itu berubah menjadi situasi budaya yang hebat, yang harus didukung dengan menangkap identitas politik, yang dapat membahayakan kesinambungan bangsa dan negara.
“Jika lingkungan budaya kemudian tumbuh dalam identitas politik dan perjuangan untuk kekuasaan, konsekuensinya mungkin. NU seharusnya tidak dengan sengaja mendorong mereka untuk mengkonsolidasikan sebagai identitas politik. Seharusnya tidak,” katanya.
(Semut/hap)