Medan, disinfecting2u.com – Pemerintah menghimbau petani peserta program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) untuk berkontribusi signifikan terhadap proyek biodiesel, dan menyerukan tambahan pasokan minyak mentah hingga 6,6 juta ton untuk meningkatkan campuran dari B – 40 hingga B-50.
Penetapan swasembada energi pada masa pemerintahan Presiden Prabow dengan mengutamakan sumber energi pada tanaman kelapa sawit merupakan peluang bagi petani kelapa sawit untuk meningkatkan nilai keekonomian di perkebunan kelapa sawitnya.
Dalam hal ini, program PSR merupakan proyek utama pemerintah untuk mendukung peningkatan kualitas dan tingkat produksi kelapa sawit petani kecil yang masih jauh di bawah kinerja perkebunan secara korporasi yang masih berada di angka 40 persen.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Triwidarto mengatakan program PSR dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan kualitas panen kelapa sawit dan peningkatan produktivitas petani kelapa sawit sebesar 40%. dari daerah-daerah tersebut. luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,34 hektar.
“Pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan besar, BUMN, dan petani kecil untuk bersama-sama meningkatkan produksi guna mendukung swasembada energi dan swasembada pangan. Ada peluang bagi perkebunan kelapa sawit.” B-50, kita butuh 6,6 juta ton sawit lagi, kalau ekstensifikasi butuh 2,3 juta ton hektar lahan baru untuk perkebunan,” kata Heru melalui Zoom pada Acara Pelepasan Kelapa Sawit Indonesia (SIOP) 2024 di Medan.
Acara ini diselenggarakan oleh GAPKI Sumut bekerja sama dengan surat kabar Bisnis Indonesia dan didukung oleh Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mendukung percepatan program Peremajaan Kelapa Sawit (PSR) di Indonesia.
Kepala Bidang Perusahaan Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal mengatakan, seluas 251.637 hektar di 21 provinsi, jumlah petani yang terlibat dalam perkebunan mencapai 154.936 orang selama 2016-2024.
“Kami terus berupaya memperluas program PSR ini untuk mendukung kesejahteraan para petani kelapa. “Ada 154.936 petani yang menerima program ini,” ujarnya.
Para pemangku kepentingan di sektor perkebunan kelapa sawit telah mendesak pemerintah untuk melaksanakan program Peremajaan Kelapa Sawit (PSR) dengan lebih giat dibandingkan saat ini.
Ketua DPP Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Jenderal Eddy Martono mengatakan, perusahaan sawit berkomitmen membantu pelaksanaan program PSR untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, Gapki terus berkoordinasi dengan Dirjen Perkebunan dan BPDPKS untuk mendukung kelancaran program PSR yang selama ini banyak kendala.
Menurutnya, beberapa permasalahan terkait kelapa sawit bagi petani kecil antara lain kurangnya dokumen dari petani, lamanya proses pengunggahan dokumen, proses pembuatan poligon dalam pemetaan yang sulit (biaya tinggi dan terbatasnya sumber daya di lapangan), keengganan banyaknya perusahaan yang menandatangani pernyataan tentang kebenaran dan kelengkapan dokumen yang diragukan Kehilangan pendapatan petani ketika tanamannya tidak membuahkan hasil.
Terkait pembiayaan program kemitraan PSR bagi petani, menurutnya, pihaknya memiliki program costing sendiri, dimana nilai minimal costingnya mencapai Rp100,54 juta dan maksimal Rp112,42 juta per hektar.
“Kami senang besaran bantuan PSR meningkat dari Rp30 juta menjadi Rp60 juta per hektar. Tapi perhitungan kami berbeda. Karena jumlahnya sangat besar Rp 112,4 juta, kami sarankan sumber pembiayaannya dari BPDPKS dan pinjaman, kata Gapki Ketum. (tim tvOne/wna)