Jakarta, disinfecting2u.com– Pemain timnas Indonesia Ragnar Oratmangoen mengungkapkan gaya bermain sepak bola di Indonesia dan negara lain berbeda. Hal ini menjadi tantangan baginya untuk beradaptasi dengan cepat.
Ragnar Oratmangoen mengaku harus bekerja keras untuk timnas Indonesia mengingat ia datang sebagai pemain alami. Pasalnya Ragnar Oratmangoen dari tim Belanda bergabung dengan timnas Indonesia.
Hal itu diungkapkan Wak Haji saat mengikuti podcast bersama Mamat Alkatiri di kanal YouTube resmi Sport77 dikutip Kamis (21/11/2024).
“Di Belanda semua orang ingin memainkan sepakbola yang bagus di lini belakang,” kata striker FC Groningen itu.
“Di Indonesia yang pertama harus dilakukan adalah bekerja keras dan berkendara serta jangan memainkan bola-bola seperti itu (umpan-umpan pendek).” jelas Wak Haji.
Saat ditanya perbedaan sepak bola Indonesia dan Belanda, Wak Haji mengatakan perbedaan kedua negara sangat besar.
Baginya, gaya sepak bola Indonesia bersifat fungsional dan tidak lekang oleh waktu. Berbeda dengan Belanda yang memainkan umpan-umpan sangat pendek.
“Jika Anda tidak bisa memainkan umpan-umpan pendek, maka mainkanlah umpan-umpan panjang. “Di Belanda, mereka tidak suka bermain-main dengan paspor untuk jarak jauh,” tambah Ragnar.
Pria keturunan Belanda dan Indonesia ini sangat mencintai Indonesia. Dia langsung mengatakan ini.
Ragnar Oratmangoen yang masuk Islam ternyata lahir dari keluarga Kristen non-Muslim.
Diakuinya, tingginya tingkat toleransi membuatnya merasa nyaman dan bahagia berada di Indonesia.
Memang, ia mengaku bebas mendengarkan adzan kapan pun dan di mana pun.
“Indonesia penuh dengan umat Islam, dan bagaimana menurut Anda jika dibandingkan dengan Eropa yang liberal?”
“Ya, di Belanda tidak terlalu sulit. Tapi kamu tidak akan senyaman yang kamu inginkan,” jawab Ragnar Oratmangoen.
“Karena orang Belanda mudah menilai orang lain, berbeda dengan orang Indonesia,” jelas Wak Haji.
Terkait masuk Islam, menurutnya hal itu tidak mudah. Namun perasaan tersebut muncul ketika ia sering diajak oleh teman-temannya saat masih kecil.
Sebab, teman-temannya sering mengajaknya ke gereja. Dari sinilah ia mulai mencari dan berpikir untuk mengenal Islam lebih baik.
“Bagi saya, saya berpikir untuk belajar tentang Tuhan. Bahkan, beberapa kali teman saya mengajak saya ke masjid,” jelas Wak Haji (klw).