Jakarta, disinfecting2u.com – Simak profil dan latar belakang Oleksandr Usyk, juara tinju kelas berat tak terbantahkan yang pernah hidup dalam kemiskinan dan nyaris menjadi atlet.
Kini, nama Oleksandr Usyk (22-0-0) tengah ramai dibicarakan saat ia bersiap menghadapi Tyson Fury (34-1-1).
Pertarungan besar-besaran kejuaraan akan kembali berlangsung pada 21 Desember 2024 di Kingdom Arena di Riyadh, Arab Saudi.
Setelah itu, pertandingan akan memperebutkan gelar kelas berat WBA Super, WBC, WBO, dan IBO yang tak terbantahkan milik Usyk.
Banyak pihak yang masih lebih memilih petinju asal Ukraina itu kembali mengalahkan Fury pada pertengahan Desember mendatang karena yakin ia punya kemampuan bertarung yang lebih baik dibandingkan lawannya.
Jika ia berhasil mengalahkan Raja Gipsi lagi, Usyk akan semakin memantapkan dirinya sebagai juara kelas berat yang tak terbantahkan.
Dikenal sebagai juara tinju kelas berat, siapa sangka dibalik kesuksesannya, Oleksandr Usyk memiliki kehidupan yang keras dan sejarah kemiskinan semasa kecilnya di Simferopol, Ukraina.
Bahkan di usianya yang masih muda, raja tinju itu harus menafkahi keluarganya. Sebagai seorang pemuda, dia bertani dan berbisnis untuk bertahan hidup.
Usyk juga bekerja di pertanian, memetik dan menjual buah-buahan serta menjual es krim di jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Meski demikian, petinju berusia 37 tahun itu mengaku tak malu dengan pekerjaannya.
“Saya berjualan es krim, buah persik, saya bertani, saya juga beternak hewan. Saya tidak malu dengan apa yang telah saya lakukan untuk bertahan hidup, saya ingin membantu keluarga saya,” kata Usyk seperti dilansir Sun Sports. “
Meski sejak kecil ia terbiasa menjalani kehidupan yang keras, namun dunia olahraga yang dicintainya sejak kecil membantunya keluar dari kemiskinan.
Oleksandr Usyk hampir menjadi pemain sepak bola
Dunia olahraga memang selalu menjadi pelarian bagi Oleksandr Usyk. Dia telah mengenal gulat, karate, pertarungan tangan kosong, sepak bola, dan olahraga lainnya sejak dia masih kecil.
Pada usia 15 tahun, ia mengembangkan kecintaannya pada sepak bola dengan bergabung dengan klub Liga Utama Ukraina SC Tavriya Simferopol.
Namun sayangnya pekerjaannya tersebut tidak bertahan lama karena orang tuanya tidak mampu membiayai pekerjaan Usyk.
Sebaliknya, ia memutuskan untuk mengubah taktik pada tahun 2002 dan menggunakan tinju sungguhan karena dianggap lebih mudah dan murah.
“Saya bermain untuk Tavria di Simferopol dan saya tampil sangat baik. Saya tidak pernah berubah dan selalu memulai sebagai starter.”
“Tapi harganya sangat mahal, 200 atau 300 hryvnia (Rp 76-115 ribu), yang sangat mahal bagi orang tua saya,”
“Sepak bola lebih mudah dan murah. Pelatih memberi saya sarung tangannya, istrinya menjahitkannya untuk saya agar lebih pas, dan satu-satunya yang digunakan ibu saya hanyalah tiket perjalanan,” kata Usyk.
Usyk memulai karir amatirnya pada tahun 2006 dan mencapai semifinal Kejuaraan Eropa.
Dari situlah karir Oleksandr Usyk terus menanjak hingga pada tahun 2013 yang akhirnya debut di kancah profesional tanpa persaingan apapun hingga saat ini.
(Melampaui)