Kisah Sensei Sugimoto Mualaf gara-gara Suka Cerita Gambaran Akhirat hingga Terjemahkan Al Quran sampai Putuskan Masuk Islam

disinfecting2u.com – Pendakwah Jepang, Kyoichiro Sugimoto atau biasa dikenal dengan Sensei Sugimoto, punya cerita tentang masuk Islam. Keputusan masuk Islam diawali dengan terus menerus berkisah tentang akhirat dan menerjemahkan Alquran. Sebelum masuk Islam, Sensei Sugimoto berasal dari keluarga Budha. Ia juga kerap melakukan berbagai tugas khas Jepang.

Sensei Sugimoto adalah seorang khatib yang memberikan ilmu Islam kepada komunitas non-Muslim di Jepang dan banyak negara lainnya.

Nama Sensei Sugimoto menjadi sangat populer karena menyebarkan ilmu agama Islam melalui program populernya Tonari no Muslim berbahasa Indonesia, “My Muslim Neighbor”.

Dilansir dari podcast YouTube Daniel Mananta, Jumat (1/11/2024), Sensei Sugimoto yang akrab disapa Ustaz Sugimoto pun berbagi kisah perjalanannya menjadi seorang mualaf. Padahal, ia pertama kali belajar tentang Islam karena pertemanan.

Sensei Sugimoto mempunyai seorang teman yang merupakan seorang pelajar Muslim. Nomor tersebut merupakan warga negara Bangladesh.

Saat itu, Sugimoto masih berusia 19 tahun. Kebetulan, dia menerima pendidikan kelas satu. Hingga akhirnya saya bertemu dengan seorang mahasiswa muslim yang memilih kuliah di Jepang.

“Tetapi ketika saya berumur 19 tahun di perguruan tinggi, saya bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim dari Bangladesh. Itu pertama kalinya saya (melihat seorang Muslim) di Jepang, dan kami menjadi teman,” kata Sensei Sugimoto.

Suatu saat, sang pengkhotbah akhirnya terbang ke Bangladesh. Kedatangannya untuk memenuhi undangan yang disampaikan mahasiswa tersebut selama seminggu.

“Saya sangat tertarik dengan budaya, makanya saya datang berkunjung pada tahun 1996. Saya merasakan kejutan budaya yang luar biasa. Saat saya datang, banyak orang miskin,” ujarnya.

Namun, kejutan budaya bukanlah sebuah hambatan di Bangladesh. Ada beberapa kemampuan yang membuat Sugimoto semakin menakjubkan. Salah satunya adalah sambutan masyarakat terhadap dirinya.

“Mereka ramah sekali, keramahannya, nilai-nilai kekeluargaannya sangat kuat. Ikatan kekeluargaan mereka sangat kuat. Itu hampir hilang di Jepang. Apalagi di Jepang tingkat populasinya menurun karena generasi yang tidak ingin saya dapatkan.” telah menikah.

Saat datang ke Jepang, Sensei yang sebelumnya pernah berkunjung ke Bangladesh tiba-tiba ingin belajar tentang Islam. Sambutan yang diterimanya di negara sahabatnya menjadi alasan mengapa ia ingin mencari Alquran.

Kebetulan, dia senang mencari terjemahan Alquran dalam bahasa Jepang. Hal ini bertujuan untuk memahami bacaan.

 

Saya juga heran kenapa saya tetap menjaga tradisi ini. Pendapat saya berdasarkan nilai-nilai Islam. Setelah saya kembali ke Jepang, saya menemukan Alquran Jepang. Saat itu tahun 1996 belum ada internet. Ah, Jadi saya ingin mendapat informasi tentang Islam,” ujarnya.

Akhirnya, ia terbiasa mengunjungi perpustakaan secara rutin. Bahkan, toko buku juga menjadi sasarannya.

Ketertarikannya untuk mencoba mencari terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Jepang dan bahasa lain mengalahkan latar belakang Budha yang dimilikinya.

“Jadi sekarang saya dapat dan mulai membacanya. Berbeda sekali, istimewa sekali. Sebelumnya saya tidak pernah tertarik dengan buku agama. Tapi buku ini ada yang berbeda,” ujarnya.

Setelah itu, Sugimoto merasa senang karena bisa belajar lebih banyak tentang Al-Qur’an. Terakhir, ada ayat dalam surat Al-Baqarah yang menjawab agar ia bisa belajar agama Islam.

“Dikatakan ‘ini adalah buku tanpa keraguan, kecurigaan atau kesalahan yang dapat diklaim oleh setiap manusia di dunia’,” katanya.

Sugimoto mengamati bahwa tidak seorang pun akan mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak sempurna. Semua isinya mengungkapkan sebuah kebenaran yang tidak pernah diungkapkannya.

“Jadi ini sesuatu yang sangat berbeda. Awal mulanya. Jadi itulah awal mula ketertarikan saya (pada Islam),” imbuhnya.

Selain ayat suci Alquran, Sensei Sugimoto berbicara tentang tauhid dan akhirat. Kedua gagasan tersebut berhasil memikat hatinya, dan ia memutuskan untuk masuk Islam.

Dia belum pernah mendengar dua gagasan ini. Hal ini dapat memberinya perspektif baru untuk dipelajari sepanjang waktu.

“Ide tentang akhirat, akhirat adalah kehidupan setelah mati. Dan ide tauhid. Monoteisme itu Tuhan Yang Maha Esa atau keesaan Tuhan. Monoteisme dalam bahasa Arab. Jadi semua ini ide baru,” jelasnya.

Konsep tradisional tentang akhirat di Jepang berbeda dengan yang diungkapkan dalam Islam. Orang-orang di negaranya sering menyebut ini sebagai bentuk reinkarnasi.

“Jadi yang pertama adalah akhirat. Akhirat adalah kehidupan setelah kematian. Jadi kebanyakan orang Jepang, termasuk saya, tidak percaya dengan kehidupan setelah kematian, artinya kehidupan ini berakhir. Jadi tidak ada yang menunggu di sana,” ujarnya. .

Setelah mempelajari Alquran, Sugimoto menyadari bahwa setelah Hari Kiamat ia akan memiliki kehidupan baru. Seperti biasa, umat Islam tahu bahwa ini adalah surga dan neraka.

“Bahkan umat Kristiani pun percaya ada surga dan neraka, dalam bahasa Arab disebut Surga dan Neraka,” imbuhnya.

Presiden Pusat Kebudayaan Islam Chiba di Jepang (CCIC) akhirnya semakin yakin akan kebenaran Islam. Ia juga merupakan salah satu orang yang melakukan penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang mulai tahun 2016. Ia juga melakukan kegiatan sosialisasi di Jepang.

“Saya ingin dakwah Alquran tersebar ke seluruh Jepang. Ke depan, kami menargetkan bisa mendistribusikan satu juta eksemplar dalam waktu dua atau tiga tahun, Insya Allah. Ini impian kami,” kata Sugimoto di Tokyo, dikutip Jumat. . .

(Metode)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top