disinfecting2u.com – Pendakwah Ustaj Adi Hidayat mengatakan, umat beriman harus memperhatikan beberapa hal saat memelihara kucing. Mengenai memelihara kucing, Ustaj Adi Hidayat sebenarnya tidak ada masalah dalam merawat hewan jika termasuk dalam cinta. rumah
Ustaj Adi Hidayat (UAH) mengutarakan pendapat terkait air liur kucing dapat menyebabkan kurangnya kebersihan di dalam rumah.
UAH menambahkan, barang-barang yang mengandung kotoran kucing, seperti air seni, bulu dan lain-lain, dinyatakan keramat jika diminta oleh salah satu anggotanya.
“Apa hukumnya kotoran kucing, atau kencing kucing, atau kencing kucing? Karena ada yang bilang suci,” tanya jamaah UAH dalam ceramah yang disadur dari kanal YouTube FDN91, Jumat (3/1/2025). .
Sebagai pendakwah, UAH tuntas membahas hadis tentang sifat suci air kencing kucing.
Akhyar, Direktur Quantum Institute mengatakan, kucing memang merupakan salah satu hewan kesayangan dan kesayangan Rasulullah SAW.
Namun banyak hal yang menjadi sorotan terkait air liur dan kotoran kucing yang dianggap sakral dan haram dari berbagai sudut pandang.
Khatib kelahiran Pandeglung ini mengaku tak pernah mengetahui hadis sejarah yang menyebut kotoran kucing mengandung kesucian.
“Kenapa hadis yang menyebut kucing tidak menyebut kotorannya yang suci. Bukan air kencingnya, tapi air liurnya,” jelasnya.
Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah I mengingatkan, kesalahan terjadi ketika orang-orang mukmin memahami hadis sejarah tersebut.
“Apa alasannya? Ada dua hal. Pertama, hadis tidak dibaca dengan menggunakan ilmu hadis,” ujarnya.
“Dalam ilmu hadis, ketika ingin membaca sebuah hadis, selain melihat Asbabul Warud. Mengapa muncul sebuah hadis,” imbuhnya.
UAH menganjurkan agar hadis sejarah yang menjelaskan hal ini dipahami dengan baik agar kekeliruan ini tidak menular kepada semua orang.
Ada pula hadits sejarah yang menjelaskan tentang kucing tercantum dalam An Nasa’i No. 68, Hadits Abu Dawud No. 75 dan Imam Tirmidzi No. 92, Rasulullah SAW bersabda:
Ridho Allah عَلَيْكُمْ وَالطَّوَّافَاتِ
Artinya: “Kucing bukannya najis. Padahal, kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada disekitar kita.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah)
UAH merangkum tafsir hadis sejarah ini yang sebenarnya menceritakan kisah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Qatadah bin An Numan Radiyallahu ‘Anhu.
Saat itu Qatadah R.A. Dia hendak pergi ke rumah putranya. Lalu ambil air mandinya.
Putra Qatadah RA tidak sengaja melihat seekor kucing menjilati air.
Qatadah RA diberitahu oleh anaknya bahwa ia masih menggunakan air yang dijilat kucing untuk berwudhu.
Putranya langsung terpana dan kaget dengan keputusan Qatadah RA karena air liur hewan dianggap najis.
Mengapa Qatadah RA meneruskan Izzat setelah air yang dipakainya dijilat kucing?
“Pernah saya dengar Rasulullah bersabda, air liur kucing itu tidak najis,” kata UAH.
Hadits sejarah ini menegaskan bahwa air liur hewan manis ini tidak mengandung najis.
Pembahasan ini merujuk pada hadits tentang kesucian air laut karya Sayyidah Aisyah Radiyallahu ‘anha, sebagai berikut:
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dia berkata, “Ya Rasulullah, kami naik kapal dan membawa air, jika kami melakukan wuju melaluinya, kami haus, kami diperbolehkan melakukan wuju. Melalui air laut?” Rasulullah SAW menjawab, “(Laut) itu suci airnya dan halal bangkainya.” (HR. Abu Dawud No. 76)
Lantas, mengapa air liur kucing kurang bersih dibandingkan air liur anjing? UAH membandingkan ini.
“Kalau air liur kucing menyentuh bejana, tidak perlu dicuci, karena itu suci. Bisa pakai air,” ujarnya.
“Tetapi jika ada anjing yang menjilat, cucilah dengan tujuh kali pencucian, salah satunya menggunakan lumpur,” imbuhnya.
Khatib kharismatik yang tinggal di Bekasi ini sampai pada kesimpulan yang dikemukakan di Pesantren Skolastis bahwa air liur hewan kecil masih suci.
“Kapan infonya masuk? Mohon maaf buat kencing kucingnya. Guys, bukunya sudah disalin lagi. Tapi salinannya tidak mengacu pada naskah, ada penggalan,” jelasnya.
“Setelah disalin, keluarlah versi kitabnya, yang mengubah kata kaul menjadi baul, baul hurrah. Baul artinya kencing. Jadi terjemahannya berubah, kencing kucing itu suci. Di sinilah bencana dimulai,” ujarnya.
(udn/hap)