Surabaya, disinfecting2u.com – Kabinet Merah Putih, Pemerintahan Prabowo Subiano – Gibran Rakabuming Raka dikritik karena terlalu gemuk. Namun pakar politik Universitas Airlanga (Unair) menilai hal tersebut merupakan bentuk strategi kompromi politik yang dilakukan Presiden Prabowo.
Selain itu, kabinet Gemo ini juga diharapkan tidak lagi menggunakan cara-cara jadul, melainkan cara-cara baru yang memberikan ruang dan kebebasan berekspresi bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
Suko Widodo, pakar politik Universitas Airlanga (UNAIR) memberikan informasi tersebut. Oleh karena itu, kabinet merah putih pemerintahan Prabowo-Gibran banyak jumlahnya.
“Tetapi saya mencoba memahami bahwa ini adalah bagian dari strategi Prabowo untuk melakukan kompromi politik. “Tetapi Pak Prabowo selalu memberikan satu kesatuan yang utuh untuk menatap masa depan,” kata guru besar “komunikasi politik” berkumis ini.
Meski begitu, lanjut Suko, hal tersebut bukanlah asumsi mengenai ukuran kabinet. Hal ini otomatis berlaku bagi pemerintah daerah, yang sedikit sulit karena harus ada momen-momen rutin yang perlu diubah dan disesuaikan.
“Jadi di tingkat nasional jumlahnya besar, tapi pemerintah daerah yang menampungnya punya banyak departemen yang tidak sama dengan pemerintah pusat,” ujarnya.
Suko Widodo menyarankan agar para Wakil Menteri dapat berperan sebagai mitra dan pengawas pemerintah daerah untuk mewujudkan otonomi daerah dengan menggabungkan seluruh pandangan mereka sekaligus melakukan pengawasan.
“Saya pikir sistem ini akan menarik. Sikap seperti ini sangat membutuhkan lebih banyak model seperti Total Football. Saya berharap yang paling dibutuhkan dan diharapkan masyarakat dalam hal besaran (jumlah) kementerian adalah teladan para pejabat. Menteri atau Wakil Menteri, jelas Suko.
“Ciri-ciri menteri-menteri tersebut adalah mereka bisa bersikap rendah hati dalam berperilaku dan program pembinaannya ke depan, dan satu hal lagi adalah cara kerja para menteri komunikasi Pak Prabowo harus ditiru,” imbuhnya.
Pria yang akrab disapa Sukovi itu menambahkan, ada tantangan yang dihadapi kabinet perempuan Merah, sikap kementerian yang tidak lagi menggunakan cara-cara lama, disrupsi teknologi, kebangkitan kecerdasan buatan, dan tren generasi Z yang juga menjanjikan: terus berkembang
“Kebijakan Kementerian secara otomatis harus menyesuaikan dengan persiapan tahun emas Indonesia, sekaligus cara-cara yang digunakan bukan lagi cara-cara lama, melainkan cara-cara baru yang diharapkan terbuka bagi generasi muda dan dengan demikian lebih dari itu.
“Salah satu hal yang penting adalah memberikan kesempatan kepada generasi milenial untuk berekspresi. Tugas kementerian adalah mempermudah, bukan memperburuk, pungkas Suko Widodo. (msi/target)