disinfecting2u.com – Selasa (11 Mei 2024) Tak terasa empat hari telah berlalu sejak Jamaah Umri dan Aqsa-ur-Rahman Wasta datang ke Madinah. Setelah menghabiskan banyak waktu di kota Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, saya masih merasa betah.
Sholat Zuhur merupakan salat terakhir perjalanan kami di Madinah. Tidak ada air mata pada saat berlutut terakhir, rasa syukur dan kesedihan saling terkait.
Saya bersyukur atas kesempatan mengunjungi kota tercinta Nabi Muhammad SAW, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, dan menyesal meninggalkannya dalam waktu sesingkat itu.
Semoga Allah memberi kita rahmat untuk kembali ke kota tercinta.
Perjalanan kami lanjutkan menuju tempat ziarah utama Umri. Kami pertama kali mengunjungi Bir Ali, 5,8 km dari kota Madinah.
Sejak kami tiba di hotel, kami sedang mempersiapkan pertemuan bar kami. Dia sampai di Bir Ali, melaksanakan shalat Sunnah dan berencana mengunjungi Umri.
Kami mulai mengucapkan kalimat Talbiyah bersama-sama. Semoga Tuhan menyertaimu, semoga Tuhan menyertaimu, semoga yang agung menyertaimu, aku milik Tuhan dan milik-Nya kekuasaan dan kerajaanmu.
Bus menuju Stasiun Kereta Berkecepatan Tinggi Haramin. Perjalanan dari Makkah ke Madinah dengan kereta ekspres memakan waktu 2 jam 30 menit.
Kereta api Haman memiliki jarak tempuh 450 km dan kecepatan maksimum 300 km per jam.
Selama perjalanan, kami memperkirakan perjalanan kereta cepat dari Madinah ke Mekkah masih memakan waktu sekitar tiga jam, atau setara dengan dua perjalanan pulang pergi dari Jakarta ke Bandung.
Bagaimana cara mereka hijrah untuk berjalan seperti Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya?
Rantai zaman telah menunggu di depan mata kita. Aku tak sabar untuk merasakan bagaimana rasanya salat langsung di depan Ka’bah dan mengadu kepada Tuhan sepuasnya.
Pada saat salat Isya, jamaah di kawasan Haram sampai di halaman Masjid al-Haram. Kami salat berjamaah lalu masuk Ka’bah.
Kami masuk melalui Gate 79 dan langsung menuju Zam Zam Tower. Beberapa saat kemudian, pemandangan Ka’bah menjadi jelas di hadapan kami.
Saya tidak bisa menahan air mata lebih lama lagi dan air mata mengalir di mata saya. Ya Allah, kami merasa sekecil debu ketika jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul mengelilingi rumah-Mu.
Perlahan tapi pasti kami mulai mengikuti ritme pelayaran keliling dunia, dan putaran satu hingga tujuh sangat fantastis.
Setelah itu, kami menunaikan shalat Sunnah Tawaf di belakang makam Hazrat Ibrahim (saw) dan minum air Zamzam. Masing-masing dari mereka membacakan doa dengan meminum air “Hajar dan anaknya Ismail” sesuai keinginannya masing-masing.
Langkah selanjutnya adalah green, jogging sebanyak 7 kali dari Bukit Safa menuju Gunung Marwah.
Jarak Safa ke Marwa adalah 405 meter dan jika dikalikan 7 maka total jaraknya adalah 2,8 km. Keliling 3,5 km bukanlah jarak yang kecil untuk sebuah perjalanan jauh.
Namun rasa lelah dan sakit yang kami rasakan tak sebanding dengan perjuangan Sayyida Hajra mencari sumber air untuk anaknya yang kehausan.
Saat ini jamaah umroh dan haji bisa beribadah di bawah naungan hijau subur bangunan Masjid Nabawi. Hal ini pernah dilakukan ibu Hajra sebelumnya, di tengah gurun pasir di bawah terik matahari.
Setelah selesai Sa’i, kita mempunyai ruang kosong untuk melaksanakan Tahul, yaitu saling mencukur kepala sebagai tanda kita telah menyelesaikan umrah yang baik dan kembali dari pantangan Ihram.
“Orang yang menunaikan haji dan umrah adalah tamu Allah, maka jika mereka berdoa kepada Allah, niscaya Dia akan mengampuni mereka” (Ibnu Majah).
“Umrah itu serupa dengan haji, karena sama-sama menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.” Tidak ada pahala bagi keberhasilan haji kecuali surga” (HR. An-Nasa’i)
“Antara satu kehidupan dan kehidupan berikutnya, mereka dibersihkan dari dosa.”
Selama di Makkah, 3 fasilitas umrah diberikan kepada Jamaah Wasta Al-Haramain. Ketiganya datang langsung di bawah bimbingan guru yang berpengalaman.
