disinfecting2u.com – KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha memberikan jawaban yang menuai pujian hingga viral saat ditanya jawabannya soal Gus Miftah. Jawabannya diberikan pada acara Ngaji Bareng dan Prof. Quraish Shihab dan Gus Baha: Memahami Al-Qur’an dengan Meneladani Nabi yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII).
Dengan nada bercanda, murid kesayangan Mbah Moen itu mengaku tidak bermaksud menyinggung.
“Ini menyinggung, semoga Allah SWT mengampuni kami,” kata Gus Baha yang kemudian disambut pertanyaan seluruh hadirin.
Namun Gus Baha dalam acara tersebut mengingatkan agar dalam hidup setiap orang harus mengingat aturan-aturan sosial.
Gus Baha mengatakan, hal ini juga berlaku bagi orang yang mencintai Allah, Nabi Muhammad SAW.
“Seandainya Nabi bisa terbang di langit, Miraj, tapi janggut tidak mengizinkannya. Betapa pentingnya sopan santun dalam masyarakat, jelasnya seperti dilansir disinfecting2u.com, Jumat (12 Juni 2024).
Gus Baha kemudian membacakan contoh dari Alquran, Surat Ali Imran 159.
Dan semoga Tuhan memberkati Anda
Artinya: Maka dengan rahmat Allah kamu (Nabi Muhammad) berbuat baik kepada mereka. Jika Anda bersikap keras dan keras hati, mereka akan menjauhi orang-orang di sekitar Anda. Maka ampunilah mereka, mohon ampun kepada mereka dan konsultasikan dengan mereka dalam segala hal (yang penting). Lalu ketika kamu mengambil keputusan, bertawakallah kepada Allah. Allah sungguh mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159).
Nah, berdasarkan ayat tersebut Gus Baha mengingatkan kita bahwa meskipun Nabi Muhammad SAW mempunyai mukjizat yang luar biasa. Namun Tuhan masih membiarkan hukum sosial berlaku.
“Jadi dalam bab sosial, Allah SWT mengijinkan hukum-hukum sosial itu berfungsi,” jelas Gus Baha.
“Sampai Ibnu Khaldun mengatakan, Rasul sebagai utusan tunduk pada hukum sosial, tidak peduli seberapa kayanya mereka. Misalnya kalau ketemu orang harus baik hati, kalau ketemu anak kecil harus penyayang, kalau ketemu orang dewasa harus hormat, lanjut Gus Baha.
Jadi bisa dibayangkan Nabi Muhammad SAW, meski bisa masuk surga, namun ia tidak menunjukkan kebaikan kepada umatnya.
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Rasulullah yang mendapat dukungan alam semesta, jika melanggar prinsip-prinsip akhlak dalam masyarakat maka masyarakat akan bubar, lanjut Gus Baha.
Bukti lain bahwa Allah SWT membiarkan berlakunya hukum-hukum sosial terhadap Nabi Muhammad SAW adalah pada masa perang.
“Misalnya Nabi mau berperang, Allah SWT tidak mengatakan bahwa Muhammad akan tenang dan menang saja, tidak, dalam hal ini Nabi akan menganggap ada jaminannya,” kata Gus Baha.
Makanya Nabi menang di Perang Badar, Nabi mengalami kekalahan, misalnya di Perang Uhud, lanjutnya.
Sementara itu, mengingat humor Gus Miftah yang berbahaya, dengan gayanya yang biasa, Gus Baha tak mau terbawa dengan pertanyaan-pertanyaan yang provokatif.
“Saya tidak bermedia sosial, tapi banyak yang mengadu ke saya soal ini,” kata Gus Baha.
Dengan gaya humornya yang biasa, Gus pun mengingatkan Baha agar pertanyaan-pertanyaan yang bersifat provokatif tidak boleh dijawab.
Kemudian Gus Baha mengingatkannya bahwa hal itu terjadi pada zaman Nabi Musa.
“Setelah Nabi Musa salat Istisqa, semua doa terkabul,” kata Gus Baha.
“Allah bilang di daerahmu ada orang yang berperang, jadi apa pun doa yang kamu panjatkan, saya tetap tidak setuju,” lanjut Gus Baha.
Kemudian Gus Baha, Nabi Musa As bertanya kepada Allah (swt). untuk menunjukkan orang-orang yang suka bersaing satu sama lain untuk diusir.
Tunjukkan Gusti dan saya akan mengeluarkannya dari pertemuan itu, Allah menjawab dan berfirman, Akulah yang melarang nammam, kalau aku tempatkan seseorang di nammam, aku juga akan di nammam, jelas Gus Baha.
“Sesungguhnya Allah mengabaikan banyak kasus nammam. Jadi abaikan saja pertanyaan provokatif itu, lanjut Gus Baha.
Bahkan, Gus Baha mengingatkan, ketika seorang muslim ditanyai pertanyaan yang bersifat provokatif, sebaiknya dipotong saja.
Sedangkan dalam ajaran Islam, Namimah adalah perkataan seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk merusak hubungan keduanya.
Hasutan dalam hidup ini dapat berupa penyebaran fitnah, gosip atau informasi buruk dari satu kelompok ke kelompok lain dengan tujuan menimbulkan kerugian, kebencian atau permusuhan.
Dalam Islam, namah dianggap dosa besar karena merusak hubungan antar manusia, merusak kepercayaan, dan menimbulkan kebencian.
“Karena susah (menjawabnya),” jelas Gus Baha. (meletakkan)