Jakarta, disinfecting2u.com – Pelatih Shin Tae-yong populer di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air. Hal tersebut tak lepas dari kemampuannya dalam membina dan membimbing para pemain Timnas Indonesia untuk tampil maksimal di lapangan.
Hasil kerja kerasnya membuat Timnas Indonesia bisa melaju ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia pun kini berusaha memahami budaya Indonesia dan agama Islam.
Tentu saja itu menjadi penyesuaian baginya sebagai pelatih. Usai menjamu Jepang di Junat (15/11) kemarin dan hari ini (19/11), Skuad Garuda menjamu Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Bukan hanya Shin Tae-yong atau akrab disapa STY saja yang perlu belajar. Namun tim Garuda asuhannya juga harus belajar, agar timnas Indonesia tetap menjadi pemain yang profesional dan beradab (beretika).
Yang terpenting jangan pernah melupakan teknik dasar. Jadi harus jaga sikap karena perilaku kita akan ditentukan, kata Shin Tae-yong saat perebutan trofi Piala AFF 2024 di Jakarta, Sabtu, 2 November.
Pesan tersebut bisa menjadi bekal bagi para pemain jelang laga melawan Jepang dan Arab Saudi. Shin Tae-yong sangat mengapresiasi sikap beradab dan memiliki keterampilan.
Menurutnya, pemain Indonesia memang punya potensi bagus. Oleh karena itu saya selalu memberikan nasehat untuk terus belajar, dan menyempurnakan kemampuan tanpa mengabaikan dasar-dasarnya.
Sebagai induk timnas Indonesia, STY pun mengingatkan seluruh pesepakbola Indonesia. Untuk menjaga sikap dan kendali Anda di dalam dan di luar lapangan.
“Kalaupun pesepakbola adalah atlet, harus mempunyai sikap yang baik, seperti membantu permasalahan sosial di Indonesia,” tegasnya.
Perjalanan STY bersama Timnas Indonesia pada tahun 2019. Ia merasa tak asing dengan budaya dan kebiasaan para pemain Indonesia dalam menjalankan agamanya.
Meski bukan berasal dari negara Islam, STY bersemangat untuk segera memahami agama Islam.
“Saat saya tiba, saya mencoba memahami budaya Islam,” kata Shin Tae-yong seperti dikutip Sportalkorea.com beberapa waktu lalu.
“Dokter muslim juga ada di Jakarta. Saya ajak dia mendengarkan budaya Islam sekitar tiga jam,” lanjutnya. (melompat)