Banyuwangi, disinfecting2u.com – Keberagaman 253 Tahun Banyuwangi digelar di Taman Blambangan. yang tinggal di ujung paling ujung Pulau Jawa
Tidak hanya mengenakan pakaian adat suku Osing asal Banyuwangi, para peserta juga mengenakan pakaian adat Bali, Madura, Jawa, Bugis, Melayu, serta Arab dan Tionghoa.
“Banyuwangi adalah Tamansari Nusantra dan memiliki suku dan etnik yang berbeda-beda. Bersama-sama kita akan menjaga dan memajukan wilayah Banyuwangi,” ujarnya saat memimpin acara tersebut.
Bupati Ipuk sendiri mengenakan cheongsam Tiongkok Sangjit Cheongsam dengan semangat persatuan, imbuh Ipuk, sehingga menjadi pusat pembangunan yang penting.
“Tanpa kerja sama, kerja sama dan kerja sama semua kalangan, tidak mungkin Banyuwangi bisa seperti ini,” tegasnya.
IPuk tersebut memaparkan segudang prestasi yang diraih Banyuwangi dalam satu tahun terakhir. Mulai dari terpilih menjadi Global Geopark (UGG) UNESCO Ijen Geopark hingga mendapat penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri sebagai kawasan paling kreatif.
“Keberhasilan ini berkat kerja sama kita semua. “Mari kita jaga hal ini agar Banyuwangi bisa maju di tahun-tahun mendatang.
IPuk juga meminta semua pihak bekerjasama untuk mencapai inovasi. demi berkembangnya wilayah secara menyeluruh Permasalahan perekonomian yang akan dihadapi tidak boleh menjadi penghambat kemajuan.
“Kita harus bekerja sama lagi,” tegas Ipuk.
Peringatan HUT Harjaba ke-253 juga ditandai dengan pemberian penghargaan kepada beberapa orang yang telah berbuat baik di daerah tersebut. Salah satunya diberikan kepada Laita Ro’ati Masykuroh, gadis asal Dusun Ringinmulyo, Kecamatan Ringintelu, Bangorejo, yang mengantarkan timnas Indonesia menjuarai Piala Wanita AFF 2024 dan mendapat penghargaan istimewa sebagai pesepakbola terbaik. (kiper yang baik)
Dalam upacara peringatan tersebut, Santunan diberikan kepada 253 anak yatim piatu dan acara ditutup dengan makan tumpeng oleh warga Sewu Ankak (hu/kai).
