disinfecting2u.com – Mendiang Marissa Haque mengutarakan keinginannya untuk meninggal sebelum suaminya Ikang Fawzi tiba.
Komentar Marisa Huck soal keinginannya untuk meninggal lebih awal beredar di media sosial sejak Rabu (10/2/2024).
Video viral tersebut memperlihatkan Marissa Hack dan Ikang Fawzi ditanyai tentang rasa takutnya kalah.
Mendengar pertanyaan soal kehilangan sang suami, Marissa Hack memberikan jawaban yang mengejutkan.
Hubungan Marissa Haq dengan suaminya Ikang Fawzi. (Instagram/@ikangfawzi)
Pada tahun tersebut Seorang aktris terkenal tahun 1980-an mengatakan dia ingin mati sebelum suaminya.
Pada tahun tersebut .
Marissa Hack mengatakan dia ingin segera meninggal karena tidak bisa mengurus keluarganya.
Pasalnya, besarnya rumah yang mereka tempati akan menyebabkan Marisa cepat meninggal.
“Karena saya tidak mengerti bagaimana cara merawat rumah sebesar itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, istrinya bisa memenuhi perannya dalam mengasuh anak.
“Kalau lampunya padam, bapak harus bilang, ‘Ayah, ini lampu apa?’” Kemana perginya lampu itu?
Namun Ikang Fawzi langsung angkat bicara lantang soal kematian istrinya di hadapannya.
Menurut Ikang Fawzi, perempuan hidup lebih lama dibandingkan laki-laki.
Namun ia percaya bahwa setiap manusia akan mengalami kematian karena kematian adalah kehendak Tuhan.
“Tidak, tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu. Apa yang akan terjadi, akan terjadi,” jelas Ikang Fawzi.
Keinginan kematian Marissa Hack mengingatkan kita pada sikap Bouya Yahya saat pengumuman kematian.
disinfecting2u.com di saluran YouTube Al-Bahja TV mengatakan pada hari Kamis bahwa keinginan mendiang Marisa Buya Yahya untuk meninggal adalah cerminan dari masalah tersebut.
Meninggalnya Buya Yahya adalah dari Allah S.W. Inilah sebabnya mengapa manusia dan makhluk hidup tidak mengetahui masa depan mereka.
Buya Yahya mengatakan hendaknya menumbuhkan sikap husnudza terhadap tanda-tanda kematian.
Hal ini juga berlaku bagi mereka yang mengalami gejala kematian.
Buya Yahya berkata, “Hendaknya kita husnudzon di sisi Allah, dan kita tidak boleh marah.”
Kemudian Cirebon, redaksi LPD al-Bahja, menyebutkan orang yang meramalkan kematian orang lain.
Apalagi karena kita tidak perlu curiga atau berprasangka buruk bahwa ada tanda-tanda kematian orang tersebut, kata Buya Yahya.
Kalaupun seseorang merasa hidupnya akan berakhir jika bukan kehendak Allah SWT, ia meyakini ramalan tersebut tidak benar.
“Karena kalaupun ada tanda kematian, belum tentu mati,” ujarnya.
Ia sering melihat banyak orang membicarakan tanda-tanda kematian yang harus dihindari agar terhindar dari depresi.
“Tapi itu tidak penting karena ada tanda-tanda mereka belum meninggal, kalaupun ada tanda-tanda kematian bagi keluarga dan orang tuanya, kami doakan panjang umur,” ujarnya.
Jadi belum tentu ada tandanya, ada orang yang malah mati tanpa tanda, mereka dengan senang hati kembali ke ruang kematian dan ngobrol, lanjutnya.
Pengkhotbah karismatik itu memperingatkannya bahwa jika dia terus mengejarnya, dia akan menimbulkan masalah.
Oleh karena itu, kita tidak boleh menyikapi persoalan tersebut karena membuat kita cemas, ujarnya.
“Namun kita harus bersiap menghadapi kematian kapan saja, kita harus bersiap menghindari kekerasan dan memohon ampun kepada Allah setiap kali kita meninggal,” ujarnya.
(harapan)