disinfecting2u.com – Mendiang Alfred Riddle tidak akan pernah dilupakan oleh suporter timnas Indonesia.
Namun Alfredo Riddle mengantarkan Garuda ke final Piala AFF.
Bahkan, dua periode Alfred Riddle bersama Timnas Indonesia cukup sukses membawa Garuda ke final Piala AFF 2010 dan 2016.
Namun tahukah Anda kalau Alfred Riedel yang mengembuskan napas terakhir pada 7 September 2020 ini punya pengalaman perang Palestina-Israel, dalam perjalanan panjang karirnya sebagai pelatih? Alfred Riedl melatih timnas Palestina pada 2004-2005.
Masa kerja terbesar Alfred Riddle bersama tim nasional Palestina terjadi di kualifikasi Piala Dunia Asia 2006.
Namun karena perang Palestina dengan Israel, timnas Palestina yang dijuluki Fedayeen terpaksa memainkan kualifikasi Piala Dunia 2006 di Qatar pada tahun 2004.
Pemusatan latihan timnas Palestina pun terpaksa pindah ke Mesir.
Sayangnya, jaraknya hanya 1.500 kilometer dari Yerusalem untuk kualifikasi Piala Dunia 2006 di Qatar.
Pertandingan timnas mereka akhirnya hanya disaksikan oleh beberapa pengungsi Palestina saja.
Almarhum Alfred Riddle mengenang para pemain timnas Palestina sebagai pahlawan.
Tentu menjadi pengalaman tak terlupakan melatih tim yang berjuang melawan negara semasa karier kepelatihannya.
“Saya menyebut mereka pahlawan kecil saya,” kata Riddle kepada The Guardian seperti dikutip tvOnenews.om.
Tak hanya itu, banyak pemain Timnas Palestina yang mengalami tekanan mental berat.
Misalnya, penyerang Ziyad Al-Kurd terkejut ketika diberitahu bahwa rumahnya di Gaza telah dihancurkan oleh pasukan keamanan Israel.
Tayser Aamir, yang kehilangan harta bendanya setelah pindah dari keluarganya di Qalkaliya, mengalami trauma mental.
Alfred Riedl: “Mereka yang datang dari Tepi Barat dan Gaza seringkali meninggalkan seorang istri dan tiga atau empat anak, dan situasinya sangat berbahaya.”
Sebagai seorang ayah, Riddle mengaku merasakan apa yang dialami para pemain timnas Palestina dan semua orang di Tanah Air.
Ia juga mengatakan, jika harus mengalami hal seperti Palestina, ia tidak akan mampu mengimbanginya.
“Sebagai seorang ayah, saya rasa saya tidak bisa melakukannya. Ketakutan selalu ada, tapi orang-orang ini kembali lagi,” kata Riddle.
Namun, Riddle saat itu mengatakan ingin membawa pemain timnas Palestina ke level yang lebih tinggi.
“Jerman, Amerika, Honduras, di mana saja. Jika mereka memiliki orang tua Palestina dan bermain di dua divisi teratas liga negaranya, kami akan mengambil mereka,” kata Riddle.
Belakangan, Riedl bergabung dengan timnas Palestina.
Di bawah Riddle, separuh dari tim nasional Palestina berasal dari Chile, komunitas imigran Palestina terbesar di luar dunia Arab.
Alhasil, Palestina gagal melaju ke babak selanjutnya.
Namun, pada kualifikasi Piala Dunia 2006, Palestina menang dua kali dalam tiga pertandingan pertama mereka, termasuk kemenangan 8-0 atas Taiwan.
Sayangnya, dalam tiga laga terakhir, Palestina kalah hingga akhirnya dipaksa.
Bekerja sebagai pelatih tidak hanya membuat saya memahami perang Palestina dan Israel.
Berikut adalah kisah menarik yang menciptakan hubungan emosional dengan negara Vietnam.
Alfred Riedl tiga kali menangani timnas Vietnam, yakni pada 1998-2001, 2003, dan 2005-2007.
Salah satu prestasi Alfred Riddle adalah sukses mengantarkan Vietnam mengikuti Olimpiade Beijing 2008.
Ternyata, prestasi Riddle membuatnya disayangi oleh masyarakat Vietnam.
Maka saat Riddle mengalami gangguan kesehatan, puluhan orang Vietnam antri untuk mendonorkan ginjalnya.
Saat itu, pendonor ginjal Riddle bekerja sebagai bankir, supir truk, pengusaha, dan bahkan biksu.
Riddle kemudian menerima donor yang identitasnya dirahasiakan. Meski demikian, Riddle mengaku sudah menjalin kontak dengan para donatur
Almarhum Alfred Riddle, mantan pelatih timnas Indonesia (Sumber: PSSI)
Alfred Riedel memulai karirnya pada tahun 1983 sebagai asisten pelatih di klub lokal Austria Wiener SC, posisi yang dipegangnya selama tiga tahun.
Alfred Riedel akhirnya menjadi pelatih kepala di Köttingen pada musim 1986–1987 dan pada tahun 1991 menjadi manajer tim nasional Austria.
Setelah itu, Alfred Riedl berpindah-pindah dunia dan karirnya di klub-klub tersebut sangat singkat, rata-rata hanya bertahan di satu tim selama satu tahun.
Beberapa tim di seluruh dunia menggunakan jasanya selama 20 tahun antara tahun 1991 hingga 2010 sebelum mendarat di Indonesia.
Ia juga mendapat kehormatan bekerja sebagai pelatih di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Vietnam dan Laos.
Alfred Riddle turut mempersembahkan trofi Piala AFF 2008 untuk Timnas Indonesia yang berhasil diraih rivalnya Vietnam.
Ia kemudian mendapat tawaran dari PSSI untuk melatih timnas senior Indonesia dan U23 pada 4 Mei 2010, dan langsung tampil impresif di Piala AFF 2010.
Performa kuat timnas Indonesia membuat takut sisa Piala AFF 2010, dan Malaysia akhirnya menyingkirkan tim asuhan Alfred Riddle dari kompetisi tersebut.
Usai gagal mengantarkan Timnas Indonesia meraih kemenangan di Piala AFF 2010, Alfred Riedl tak memperpanjang kontraknya di PSSI lalu melanjutkan kariernya di Belgia dan Laos.
Namun, ia kembali diangkat menjadi manajer timnas Indonesia pada Desember 2013 dan dipecat setelah gagal lolos ke babak grup Piala AFF 2014.
Ia kemudian melatih PSM Maksar sebelum menjadi juru taktik timnas Indonesia pada tahun 2016, di mana ia kembali mencapai final Piala EFF di periode ketiganya.
Final Piala AFF 2016 menjadi pertandingan terakhir Alfred Riddle di dunia sepak bola. Kontraknya tidak diperpanjang oleh PSSI dan dikabarkan tidak melatih tim mana pun hingga kematiannya. (khan)