Dua Orang Warga Rela Tempuh 16 Jam Naik Ontel Demi Hadiri Haul Abah Guru Sekumpul, Siapa Sosok Ulama yang Memiliki Magnet Luar Biasa Itu?

disinfecting2u.com – Bersepeda selama 16 hari, dua warga Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) akhirnya tiba di Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menghadiri Haul Martapura Sekumpul Guru di Kabupaten Banjar. 

Kehadiran kedua pesepeda itu diapresiasi banyak pihak. Sebagai informasi, provinsi ke-20 adalah Kalimantan.

Biasanya peziarah dari dalam dan luar daerah berbondong-bondong datang ke Guru Sekumpul Haul.

Bahkan, jutaan orang datang ke Haul Guru Sekumpul.

Siapakah Guru Sekumpul yang mempunyai daya tarik spiritual yang luar biasa? Berikut profil Guru Sekumpul asal Kalimantan Selatan yang dihimpun disinfecting2u.com dari berbagai sumber.

Nama lengkap guru Sekumpul adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari.

Namun ia dikenal dengan nama Abah Guru Zaini atau Guru Sekumpul.

Abah Guru Sekumpul lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di desa ngul Irang Seberang, Martapura.

Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan kedelapan dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Beliau merupakan anak dari Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin. 

Sejak kecil, Guru Sekumpul mengikuti pendidikan formal di Madrasah Darussalam, Martapura.

Selain itu beliau juga belajar kepada guru-guru khusus keilmuan, salah satunya adalah al-Alim al-Fadhil Syarani Arif.

Tak hanya itu, Guru Sekumpul juga diasuh oleh Guru Seman yang tak lain adalah pamannya.

Guru Sekumpul pertama kali membuka pengajiannya di kediamannya di Istana Martapura. 

Pengajian dilakukan untuk menunjang pembelajaran siswa yang penuh dengan pengulangan kitab.

Namun tak lama kemudian, pengajian Guru Sekumpul yang tadinya hanya diperuntukkan bagi santri, semakin berkembang di kalangan masyarakat umum.

Selain mengulang kitab, pada saat pengajian, Abah Guru Sekumpul mulai menyampaikan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar yang ditulis oleh al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. 

Selain itu, ia juga mempelajari berbagai amalan Wirid.

Salah satu wirid yang dipelajarinya adalah zikir tarekat Sammaniyah.

Kemudian sekitar tahun 1990, Abah Guru Sekumpul pindah ke Komplek Ar-Raudhah, Desa Jawa, Kecamatan Martapura, Kalimantan Selatan. 

Di kompleks inilah pengajian Abah Guru Sekumpul semakin berkembang.

Apalagi di Musala Ar-Raudhah yang biasanya menjadi lautan manusia.

Para pelajar dan tamu Abah Guru Sekumpul tidak hanya berasal dari Martapura dan sekitarnya.

Namun banyak yang datang dari berbagai daerah, termasuk negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. 

Tercatat, Abah Guru Sekumpul memiliki sejumlah manfaat di Karomah. 

Abah Guru Sekumpul dikatakan telah hafal Al-Qur’an sejak berusia 7 tahun dan Tafsir al-Jalalain saat berusia 9 tahun. 

Abah Guru Sekumpul meninggal dunia pada usia 63 tahun.

Guru Sekumpul meninggal dunia akibat komplikasi gagal ginjal yang dideritanya.

Sebelum meninggal, Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

Namun ia meninggal dunia pada Rabu (8/10/2005) di rumahnya yang juga merupakan kompleks kajian agama, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top