disinfecting2u.com – Pemprov DKI Jakarta terus memantau kualitas udara di Jakarta melalui Dinas Perlindungan Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta. Kepala DLH Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, alat pemantau dari beberapa stasiun pemantauan kualitas udara di DLH Provinsi DKI Jakarta disebar ke beberapa lokasi.
Informasi terkait kualitas udara dapat diakses masyarakat di air.jakarta.go.id. Platform tersebut menampilkan data dari 31 stasiun pemantauan kualitas udara di Jakarta, yaitu DLH Provinsi DKI Jakarta; Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Institut Sumber Daya Dunia (WRI) Indonesia; dan strategi penting,” kata Asep, Selasa di Jakarta (11-11).
Asep mengatakan cuaca di Jakarta hari ini “cukup baik”. “Kalau melihat IQAir, posisi saat ini ‘rata-rata’,” tambah Asep.
Selain itu, Asep menjelaskan DLH Provinsi DKI Jakarta juga terus menerapkan upaya anti pencemaran udara. Antara lain memperkuat pengawasan terhadap sumber emisi yang bergerak dan tidak bergerak, serta menghimbau pemerintah daerah di Jakarta untuk melakukan pengawasan ketat terhadap industri yang dapat mencemari udara di wilayahnya dan terbawa angin ke Jakarta.
DLH Provinsi DKI Jakarta juga telah memperkuat uji emisi bagi pemilik mobil di Jakarta dan menjalankan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau melakukan perjalanan jarak pendek. Partisipasi masyarakat berperan penting dalam meningkatkan kualitas udara.
Sementara itu, Ana Turyanti, pakar kualitas udara Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB), mengidentifikasi kondisi kualitas udara di sekitar Gelora Bung Karno pada tahun 2024. 19 November, pukul 07:00 – 11:00 WIB. (GBK), Jakarta, rata-rata konsentrasi PM2.5 sebesar 55 µg/m3 dan tertinggi 57 µg/m3.
“Jika diasumsikan manusia terpapar selama 5 jam, analisis risiko kesehatan non-karsinogenik inhalasi ini akan menghasilkan 0,4. Nilai tersebut masih 1, sehingga aktivitas di sekitar GBK hari ini aman untuk orang dewasa dengan berat badan sekitar 59 kg, diyakini sebagai risiko kesehatan non-karsinogenik inhalasi. manusia.” , – jelas Ana.