disinfecting2u.com – Kusni Kasdut, seorang penjahat ulung yang memutuskan untuk bertobat pada tahun 1960an hingga 1980an, telah melakukan banyak kejahatan sejarah sejak perjumpaannya dengan agama. Hal itu didasarkan pada keputusan hidupnya karena ia menjadi orang yang mengerikan pada saat itu.
disinfecting2u.com dikutip Rabu (30/10/2024) dari buku Kusni Kasdut karya Parakitri Simbolon, Kusni Kasdut dinyatakan bersalah melakukan empat tindak pidana. Hampir tidak ada yang mengetahui namanya, mungkin karena ia menerima empat hukuman dari hakim atas tindakan kejinya.
Dalam catatan kriminal Kusni Kasdut, ia telah melakukan empat perbuatan melintasi perbatasan, antara lain membunuh polisi yang ditangkap, menculik seorang dokter, mencuri barang milik pemerintah, dan membunuh orang kaya di wilayah Surabaya.
Berbagai hukuman harus diterima Kusni Kasdut atas kisruh kehidupannya. Keputusan hakim menjatuhkan hukuman mati, 5,5 tahun, 12 tahun sel atau seumur hidup.
Dari hukuman yang diterima Kusni, ia harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Namun, dia melakukan delapan upaya untuk melarikan diri dari sel tahanan.
Pada usia 40 tahun, dia melakukan upaya ketujuh untuk membebaskan dirinya tanpa sepengetahuan sipir penjara. Momen pelarian itu sangat mengharukan.
Setelah melakukan kejahatan keji tersebut, Kusni mulai menyadari kesalahannya. Ia mengaku ingin kembali menjalani kehidupan seperti saat bersama keluarga kecilnya.
Sayangnya, siang dan malam menjadi saksi bisu. Sebaliknya dia bisa bernapas lega untuk sementara waktu. Jenazahnya yang sempat beberapa lama mendekam di sel tahanan, kembali ditangkap dan ditahan di Lapas Sipinong.
Yang terpenting, ia memendam keinginan tulus untuk hidup bahagia bersama istri dan anak tercintanya yang terbiasa beraktivitas di luar rumah.
Saat kembali ke Lapas, Kepala Lapas Sipinong Sukoharjo yang saat itu sedang menjabat tiba-tiba beristirahat di depan pintu. Kebetulan saat itu Kusni sedang merasakan titik terendah dalam hidupnya.
Kusni mulai mengalami jalan taubat ketika Sukoharjo tiba. Nilai-nilai agama terdengar ketika Anda berserah diri menjalani hidup.
“Saudara Kusni, berdasarkan sifat baru organisasi kita, disini juga diadakan pembelajaran moral dan agama. Apakah saudara berminat untuk mengambil salah satunya?”
Kusni mendadak bingung. Bahkan, dia berpikir bimbang untuk menentukan jawabannya.
Dia mengambil keputusannya setelah menghabiskan bertahun-tahun di sel tahanan. Menerima tawaran Sukoharjo sebelumnya. Pada dasarnya, dia ingin memulai hidupnya dari bawah lagi.
Salah satu orang yang terekam dalam ingatan Kusni, Irsel, mencoba masuk sel tahanan untuk bermeditasi. Tokoh tersebut langsung berbicara tentang agama ketika pelakunya sedang dalam proses taubat.
“Beragama atau tidak, itu tidak terlalu penting, yang penting berdoa dan berkarya untuk sesama, karena begitulah cara kita memuliakan Tuhan,” kata Iersel kepada Kusni.
Kusni langsung menelan kata yang terekam di benaknya. Kata-kata “doa” dari Earcel mengubah tingkah lakunya. Dia mencoba melakukan sesuatu dengan materi yang ada di sekitar sel tahanan.
Ia menghasilkan banyak objek ciptaannya sendiri, antara lain salib, bingkai, masjid, dan gereja. Ini merupakan kreativitasnya yang luar biasa dengan ilmu dari studinya di bidang teknik di sekolah.
Keahlian Kusni membuat Earsel takjub. Pelaku mendapatkan pelampiasan kreatifnya dari orang tersebut. Ia menawarkan perampokan itu dilakukan di Museum Nasional. Beberapa ahli pencurian membantunya saat Iersel membawanya.
Seluruh aktivitas Kusni diisi dengan mengerjakan berbagai tugas. Tiba-tiba, seorang wanita mirip mantan istrinya Ningxih masuk ke kantor. Petugas penjara harus menelepon Murthy untuk menemuinya.
Tiba-tiba seorang gadis remaja tiba-tiba memeluk Kusni, “Ayah,” kata gadis itu sambil menangis.
Saat diperkenalkan gadis itu mengaku namanya “Ninik”. Dan pemuda itu kembali mengucapkan kata ayah.
Sekujur tubuh Kusni seketika menegang seperti dibekukan oleh es dingin yang membekukan. Pasalnya ia sangat pemalu dan merasa tidak pantas jika air mata gadis itu menyentuh tubuhnya.
Usai memeluk erat gadis itu, Kusni pun mulai memeluk punggungnya hingga membuat sang anak menangis. Ia memegangi kepalanya dan mencoba mencium pipi Ninik juga.
Sejak pelukan pertama itu, Ninik kerap menjenguk Kusni. Pelaku terkejut saat gadis itu beberapa kali memperlihatkan wajah calon suaminya. Air mata kembali mengalir di tubuhnya.
Kusni mulai hidup bahagia. Dia selalu melakukan berbagai macam belas kasihan. Saat perayaan Natal tahun 1968, Kusni menerima sakramen mandi sehari kemudian.
Namanya diubah dan Kusni memilihnya sebagai Ignatius. Karena gelar tersebut, ia dipandang sebagai perusak gereja yang mulai menghilang. Bahkan, ia dikenal sebagai orang yang alim dan berjasa sebagai pendiri Serikat Yesus.
Saat dia di penjara, mata orang lain mulai tertuju padanya. Dia mendapatkan status sebagai orang baik. Apalagi ia dikenal sebagai orang yang religius.
Sayangnya, amarah masih membekas dalam wasiatnya saat ia berbuat baik. Beruntung, kehadiran istri dan anak-anaknya yang selalu berada di dekatnya berhasil mempermalukan Kusni dan meredam hasratnya.
Anehnya, Kusni merawat dan mendidik kedua pemuda di sel tahanan tersebut. Pasalnya, ia tidak bisa melakukan hal tersebut pada anak kandungnya sendiri.
Kusni yang terkenal religius kembali kehilangan akal sehatnya pada suatu malam. Ia bertekad untuk meningkatkan studinya sambil menghirup udara bebas.
Terkadang, ia bertanya apakah ada yang mengerti tujuan hidupnya dan selalu memutuskan pergi ke luar negeri untuk memberi kebaikan.
(menangkap)