BRI Angkat Bicara soal Serangan Ransomware dan Dugaan Kebocoran Data, Begini Nasib Sistem Layanan hingga Data Pribadi Nasabah

Jejaring sosial menunjukkan berita tentang Indonesia System Rakat Bank (BRI), yang mencurigai Jakarta, Twannu.com – Serangan Bajak Laut Komputer dan Keamanan Data Pelanggan.

BRI telah mengalami serangan ransomware bajak laut yang disebut Raysomware Bashe.

Peretas atau peretas dapat menyusup ke sistem BRI dan menjaga data pelanggan. Tidak hanya itu, peretas dikatakan telah mengirim ultimatum dengan periode pembayaran penyelamatan pada 23 Desember.

“Bank Rakat diserang oleh Indonesia (BRI) bash ransomware, yang ditetapkan pada 23 Desember. Serangan cybernetic ini mengganggu layanan X Account @Indopbase, Rabu (12/18/2024).

Menanggapi berita Pirates dimulai di universitas media sosial, Direktur Digital dan Arga M. Nugra mengatakan bahwa data pelanggan BRI aman.

Berikut ini adalah pengumuman resmi BRI pada Rabu malam oleh Instagram Social Networks @bankri_id.

Sehubungan dengan sirkulasi informasi tentang kebocoran data BRI, kami akan mengirimkan pertanyaan berikut:

1. Kami meyakinkan kami bahwa data dan dana pelanggan saat ini aman. Seluruh sistem bank perbankan biasanya berjalan dan layanan transaksi kami dapat bekerja tanpa masalah.

2. Pengguna masih dapat menggunakan seluruh sistem perbankan BRI, termasuk layanan perbankan digital seperti Brimo, Qulola, ATM / CRM dan layanan BRI lainnya seperti biasa dengan keamanan data.

3. Sistem Keamanan Teknologi Informasi BRI telah terus memperbarui standar internasional dan secara teratur memperbarui berbagai ancaman potensial. Langkah -langkah perlindungan diambil untuk memastikan bahwa informasi pelanggan masih dilindungi.

Sampai pengumuman itu dilaporkan, BRI tidak dirinci dalam berita pembajakan dan serangan ransomware.

Untuk informasi, Bashe Ransomware adalah sekelompok peretas yang relatif baru di cyberpace. Tetapi dikatakan bahwa tindakan mereka dibenci.

Berdasarkan analisis profesional keamanan dunia maya di media sosial, kelompok ini dikatakan memiliki banyak keterampilan teknis dan sering menggunakan metode baru untuk meluncurkan serangan mereka.

Modus operandi, yang sering dilakukan, dienkripsi ke surat kabar atau target, sehingga data tidak dapat diakses jika penerima tidak membayar perlindungan. (RPI)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top