Jakarta, disinfecting2u.com – Perbedaan hasil jajak pendapat pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Tengah yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dengan Indeks Politik Indonesia menjadi sorotan serius.
SMRC dan Indicator menerbitkan hasil survei yang berbeda dengan hasil survei Andika Perkasa dan Ahmad Lutfi.
Analis politik, profesor. Dr. Asrinaldi, S.Sos, M.Si meminta Organisasi Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) mengambil langkah tepat dan segera melakukan investigasi menyeluruh. Persepi terdorong untuk membeberkan kedua organisasi tersebut dengan mempublikasikan data surveinya.
Ungkap Prof.Dr. Asrinaldi, jika ternyata hasilnya pasti melenceng jauh, hal ini tentu membuat Persepi khawatir. Idealnya, kedua organisasi ini harus dipanggil untuk mengungkapkan semua data dan menjelaskan mengapa terdapat perbedaan.
“Kalau faktanya hasilnya jauh berbeda. Tentu saja hal ini akan menjadi kekhawatiran bagi Persepi. “Idealnya tentu saja ada kajian terhadap perbedaan-perbedaan tersebut,” kata sang profesor. Dr. Asrinaldi.
Kejadian ini sebenarnya terjadi di Poltracking dan Badan Survei Indonesia (LSI). Jika Poltracking dikenai sanksi atas perbedaan hasil pemungutan suara, maka sudah sepantasnya dan sebaiknya dilakukan juga berdasarkan perbedaan hasil pemungutan suara di Jawa Tengah.
Perbedaan besar itu muncul dari survei Indikator Politik Indonesia (IPI) dengan Andika Perkasa dengan perolehan 43,46 persen, sedangkan lembaga Saiful Mujani mencatat partisipasi Andika Perkasa sebesar 50,4 persen. Seharusnya Persepi mencermati perbedaan data tersebut, mungkin karena pemilik SMRC adalah bagian dari Dewan Etik sehingga tidak dihiraukan manipulasinya.
Jika dilacak periode surveinya, SMRC dan IPI sebenarnya berada dalam periode yang sama. SMRC melaksanakan survei pada tanggal 7 hingga 12 November, sedangkan IPI berlangsung pada tanggal 7 hingga 13 November. Namun selisih hasil survei kedua lembaga tersebut sebesar 9 persen untuk elektabilitas Andika Perkasa dan Hendar Prihadi.
Meski demikian, Prof.Dr. Meski demikian, Asrinaldi menyarankan agar Persepi juga menganalisis perbedaan data yang terjadi di Jawa Tengah. Jika pemeriksaan akan dilakukan, Saiful Mujani harus berpegang pada satu hal: tidak boleh mengikuti atau bahkan main-main dalam proses pengambilan keputusan.
Artinya, anggota komite etik yang diperiksa tidak akan mengikuti tinjauan jika ada indikasi ke arah itu, kata profesor itu. Dr. Asrinaldi.
Sebab, keterlibatan Saiful Mujani hanya akan memperkuat bukti adanya konflik kepentingan. Hal ini membuat masyarakat semakin curiga terhadap kinerja Persepi sebagai pengawal TPS.
Yang lebih parah lagi, perbedaan survei di Jawa Tengah merupakan indikasi kuat praktik Persepis yang melakukan penebangan hutan secara selektif oleh masyarakat. Bahwa Persepi sebenarnya mengupayakan Poltracking Indonesia sebagai anggota, yang secara tidak langsung terpaksa mengundurkan diri. (Ya)