Jakarta, disinfecting2u.com– Anak yang membunuh ayah dan neneknya di Kecamatan Lebak Bulus kini menjadi sorotan publik. Kasus ini juga sedang didalami Kapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan.
Hingga saat ini belum diketahui motif pelaku pelaku (dewasa) berusia 14 tahun berinisial MAS. Kasus ini menjadi populer di media sosial, tuduhan telah dibuat dan polisi masih menyelidikinya.
Diketahui, pembunuhan terhadap ayahnya APW (41) dan nenek RM (61) oleh MAS (14) pada Sabtu (30/11/2024) menggemparkan masyarakat Indonesia dan akhirnya terungkap. Manajer Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Devi mengungkapkan hal itu berdasarkan hasil tes MAS terhadap ponsel anak pembunuh ayahnya.
Dalam keterangannya, Noorma menyatakan, inisial Mas di ponsel anak berusia 14 tahun itu ditemukan dan tidak ditemukan sesuatu yang aneh.
“Di ponsel itu tidak ada yang jelas-jelas. Foto dan videonya hanya lucu-lucuan. Jadi tidak ada yang aneh di mata penyidik. Jadi tidak ada aplikasi lain,” kata Nurma, Selasa. 12/2024).
Perlu diketahui bahwa MAS adalah anak yang fokus dan fokus pada studi. Jadi tak ada yang aneh dengan ponsel berusia 14 tahun
“Jadi anak ini murni belajar. Banyak hikmah yang didapatnya setiap hari,” ujarnya.
Dalam hal ini mengingatkan kita pada khotbah Buya Yahya yang menjelaskan tentang cara mendidik anak secara Islam.
Menurut Buya Yahya, orang tua tidak boleh egois dalam mendidik anaknya. Harus ada strategi dalam mendidik dan membimbing anak tanpa menjadikannya ‘robot’.
“Semuanya begitu, transfer kebaikan itu ada dasarnya, kalau anak baik sekarang tidak baik, kadang kita (orang tua) ingin anak menjadi sesuatu sehingga kita menjadi robot, klik untuk membuat. Itu pasti terjadi,” kata Ustaz Buya, dikutip dari YouTube, Kamis (5/12/2024).
Jadi Buya Yahya bilang anak tidak bisa, kami marah-marah dan minta yang berikutnya. Jangan kata-kata kotor pada anak, nanti anak jadi emosi dan marah, lalu dia menolak, lanjutnya.
Namun, Buya mengimbau para orang tua untuk mengetahui apakah anaknya mendapat pendidikan yang baik dan metode apa yang mereka ikuti.
Instruktur Indonesia juga menganjurkan untuk bersikap lembut dan tegas terhadap anak-anak. Mereka berbicara dengan baik dan menjadi teladan bagi anak-anak.
“Karena biasanya marah, jawabannya kenapa anak-anak menghadapinya. Jadi kita harus mengoreksi diri kita sendiri. Saya melakukan kesalahan karena tujuan kita terlalu tinggi dan kita terlalu tertekan. Kita perlu tahu tentang anak-anak kita. Pertama.” Buya Yahya menambahkan.
“Karena ada orang yang sangat antusias terhadap kebaikan tapi kurang strategi. Justru hal ini membuat manusia menjauh dari Allah SWT, maka pendidikan Nabi harus menyenangkannya dan tidak lari,” jelasnya.
Rasulullah bersabda: “Ajaran seorang laki-laki kepada anak-anaknya lebih baik dari pada prasad (ibadah/pahala) laki-laki” (HR At-Tirmidzi). (nsi/klw)
Valahulam