disinfecting2u.com – Rombongan Umrah Plus Al-Aqsa Al-Haramain Vista tiba di Masjid Al-Aqsa pada Kamis (31/10/2024). Selain Masjid an-Nabawi dan Masjid al-Haram, Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) menyarankan untuk mengunjungi mereka.
Janganlah kamu memperketat perjalanan kecuali dengan izin Allah
Yaitu: “Janganlah kamu mencoba melakukan perjalanan jauh tanpa tiga masjid kecuali Masjid al-Haram (di Makkah) dan masjidku (Masjid al-Nabawi di Madinah) dan Masjid al-Aqsa (di Palestina). (Sejarah Bukhari dan Hadits Muslim karya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Bagi umat Islam, menjadi kiblat pertama sekaligus tempat naiknya Nabi Muhammad SAW ke surga dan menerima perintah shalat mempunyai banyak manfaat.
Salah satunya adalah barang siapa yang shalat berjamaah maka pahalanya 250 – 500 kali lipat.
Setiap umat Islam yang memahami pentingnya mengunjungi Masjid al-Aqsa pasti ingin melakukannya. Namun untuk memasukinya tidaklah mudah.
Apalagi di tengah situasi Palestina yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat sedikitnya 42 ribu orang tewas dan lebih dari 100 ribu orang luka-luka.
Pada saat kami berkunjung, ketegangan antara pejuang kemerdekaan Palestina dan pemerintah Israel masih berlangsung.
Ada keraguan mengenai apakah visa dapat dikeluarkan dalam situasi seperti ini. Namun ternyata Allah mengijinkan 36 anggota Jamaah Al-Hiramin Wasata berhasil masuk ke Negeri Para Nabi.
Firas (pemandu wisata) mengatakan, Sufan merupakan rombongan Indonesia pertama yang masuk ke Palestina setelah al-Aqsa.
Apa yang terjadi di zona konflik Gaza berdampak pada hampir seluruh wilayah Palestina. Kami datang dengan membawa salam dan semangat kemerdekaan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Rakyat Indonesia tahu betul betapa sakitnya dijajah, sakitnya diperlakukan seenaknya oleh penjajah yang tidak tahu diri, yang berusaha menggusur penduduk pribumi dan melakukan genosida.
Sekitar jam 3 sore PSST kami tiba di Yerusalem. Pharos mengajak kami memasuki Kota Tua Yerusalem melalui Gerbang Herodes.
Kota Tua Yerusalem menyambut kedatangan kami dalam cuaca dingin, jalanannya lebar, mulus dan berbatu.
Suasana semakin booming dengan aktivitas para pedagang dan anak-anak Yerusalem yang pulang sekolah.
Mereka tampak gembira atas kedatangan kami, senyuman para penghuni negeri yang diberkahi.
Setelah kurang lebih 20 menit dari kota tua, kami sampai di salah satu gerbang kompleks Masjid Al-Aqsa. Dari kejauhan, tentara Israel bisa melihat penjaga yang berjaga.
Ada 4 orang tentara yang berdiri disana, semakin dekat terlihat mereka masih muda, 2 perempuan dan 2 laki-laki.
Kami diminta menunggu beberapa saat. Mereka tampak berkoordinasi dengan komandannya untuk memutuskan apakah kelompok Indonesia boleh masuk.
Sebuah kamera besar dipasang di atas tentara yang berdiri. Mereka tidak terlihat seperti tentara profesional dalam cara membawa senjata.
Kami kemudian mengetahui bahwa wajib militer adalah wajib bagi pemuda dan pemudi Israel.
Untungnya kami diizinkan masuk. Tentu saja, setelah pemeriksaan ketat terhadap tas tersebut.
Kami melewati gerbang kayu besar. Dikelilingi oleh benteng batu.
Tiba-tiba ingatan teringat kembali pada kisah pembebasan Al-Quds yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab, saat menerima kunci tempat suci dari Patriark Sophronius.
Seluruh penduduk Quds, termasuk Sophronius, tercengang ketika melihat Hazrat Umar menunggangi unta pelayannya.
Mereka tidak menyangka seorang pemimpin Islam yang telah menaklukkan Yerusalem akan datang dengan pakaian preman dan menunggangi untanya.
Saat kami memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa, kami tertegun dan terdiam. Pohon zaitun dan pohon cemara mengelilingi kompleks.
Kami melihat beberapa kelompok Yahudi mengenakan pakaian kapot dan topi fedora seperti biasa, beberapa lainnya mengenakan kemeja putih dan topi katun.
Firas meminta kami berwudhu di dekat pintu gerbang, lalu kami berjalan beberapa meter lebih jauh dan di depan mata kami terlihat kubah batu atau kubah batu.
Lalu kami benar-benar menikmati, detik demi detik, apa yang ada di depan mata kami. Sarah Fithoni, salah satu jemaah, mengatakan kejadian itu seperti mimpi. Dia terus mengucapkan kata-kata pelacur.
Kemudian Firas mengajak kami memasuki Dome of the Rock, Kubah Emas yang biasanya hanya bisa kita lihat di foto atau video. Percayalah, itu lebih indah untuk dilihat.
Begitu kami masuk, suasana damai, banyak kakek dan nenek yang duduk di kursi sambil membacakan ayat suci Alquran.
Kami segera melaksanakan salat Asar bersama dengan Dr. Abdul Qadir.
Selanjutnya Firas memaparkan sejarah Masjid Al-Aqsa. Dia mulai meminta penjelasannya.
“Apa nama Masjid Al-Aqsa, kubah emas atau kubah hitam di depannya?”
“Sebenarnya tidak demikian. “Masjid Al-Aqsa merupakan keseluruhan kompleks yang tersebar di area seluas 144.000 meter persegi yang dikelilingi benteng,” kata Firas.
Kubah Emas menjadi istimewa karena di dalamnya terdapat puncak Gunung Moria, batu karang tempat Nabi Muhammad berdiri ketika naik ke surga, naik ke surga, dan menerima perintah berdoa dari Allah.
“Batu ini diangkat saat Nabi hendak naik ke surga, namun malaikat Jibril menghentikannya dengan membuka bukaan seperti gua,” jelas Firas.
Sejajar dengan Kubah Batu terdapat Masjid Al-Qubali atau Masjid Al-Aqsa. Letaknya tepat di bawah kubah batu.
Seperti Dome of the Rock, masjid ini juga menjadi tempat salat berjamaah dan pengajian rutin.
Banyak juga masyarakat yang terlihat salat di halaman Masjid Jamia, menandakan bahwa mereka mengetahui Masjid Al-Aqsa mengelilingi kompleks tersebut.
(memesan)