JAKARTA, disinfecting2u.com– Buya Yaha mengatakan pasangan tersebut menikah secara sah dan halal sesuai syariat dan agama Islam.
Menjaga hubungan harmonis menjadi salah satu tantangan yang dihadapi setiap pasangan. Tentu saja, cinta adalah hal yang paling penting.
Baik bagi pria maupun wanita, mereka pasti punya cara untuk memuaskan pasangannya.
Salah satunya adalah dengan merekam atau menyimpan momen-momen dekat bersama di ponsel.
Hal ini ditegaskan Ulama Indonesia Buya Yaha yang mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati. Pasalnya merekam aktivitas romantis, apalagi intim, di ponsel berbahaya.
Hal ini berbahaya karena sewaktu-waktu bisa hilang atau berpindah tangan kepada orang lain, termasuk anak-anak.
Hal itu disampaikan Buya Yahya melalui ceramah singkat di YouTube resmi Buya Yahya yang dikutip Sabtu (28/9/2024).
“Jangan pernah merekam hubungan suami-istri,” kata Buya Yaha. “Hubungan suami istri atau foto tidak pantas karena ponselmu mati.”
“Bukan telinga Anda yang Anda bawa-bawa, melainkan telinga Anda yang akan jatuh ke tangan orang lain, termasuk anak-anak Anda,” tambahnya.
“Kamu dilupakan, ditinggalkan, tertinggal dalam Islam, dan itu…” jelas Buya Yahya.
Secara umum dipahami bahwa ranjang dengan pasangan Anda hanya boleh digunakan bersama oleh kedua belah pihak.
Jadi jangan membicarakannya atau mengungkapkannya kepada orang lain. Rasulullah, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian, mencatat bahwa perilaku ini dilarang.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits:
“Seburuk-buruknya kedudukan seseorang di hadapan Allah di akhirat adalah laki-laki yang menyetubuhi istrinya, kemudian ia membeberkan rahasianya kepada orang lain (HR. Muslim).
“Jangan. Karena kelakuan seperti ini seperti iblis laki-laki bertemu dengan iblis perempuan di jalan, dan mereka langsung menjalin hubungan intim sementara iblis lainnya melihatnya.” (HR Ahmad)
Dengan demikian, Buya Yaha kembali menegaskan bahwa berhubungan seks dengan pasangan sudah cukup untuk membekas dalam ingatan masing-masing.
Artinya, bukan dengan alatnya, tapi hanya dengan visi dan visi mitra. Karena sebenarnya dosa besar jika direkam di ponsel.
“Setelah menjalin hubungan antara laki-laki atau laki-laki dengan perempuan, lalu menceritakan kepada orang lain bahwa mengabadikan film tersebut adalah dosa besar, karena sejarah tidak menyuruh kita untuk menontonnya,” kata Buya Yahya.
“Kami juga membutuhkan pelatihan,” tambahnya. “Termasuk fotonya, istrimu boleh melihatnya terpisah, boleh melihatnya bersama-sama, tapi lihat saja, jangan diabadikan.”
“Jadi kalau ingin menyimpannya di otak selamanya,” ujarnya. (pada)
Waallahualaam