Jakarta, disinfecting2u.com – Aktivis berusia 98 tahun sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian Demokrasi Indonesia (Ind-Bri), Bernard Haloho, mengatakan, Presiden Prabowo saat ini mewarisi situasi sulit di dalam negeri, seperti menurunnya daya beli masyarakat. kelas menengah, politik, hukum dan isu-isu kontemporer.
Apalagi situasi global semakin rumit untuk dicari solusinya.
“Dengan terpilihnya Prabowo sebagai presiden, tidak ada yang meragukan keberanian strategis dan politiknya. Kepedulian dan pengetahuannya terhadap urusan dunia menjadi harapan masyarakat baginya. Namun, Prabowo harus tahu bahwa ada bahaya besar yang tersembunyi, menumpuk, dan bisa segera meledak jika terlambat mengambil tindakan politik,” kata Bernand dalam pengumumannya, Kamis (11/07/2024).
Setelah itu, ada enam permasalahan besar yang berbahaya, yakni utang global, konflik internal, konflik eksternal, pengungsi, perubahan iklim, dan teknologi.
Negara ini berkesinambungan dan terpecah. Perbatasan negara menjadi semakin terfragmentasi dalam konteks partai-partai sayap kanan yang meraih kemenangan di banyak negara Eropa. Hal ini telah menjadi ancaman besar bagi para pemimpin dunia.
“Ancaman global ini merupakan bahaya besar bagi negara yang sistem hukum, ekonomi, dan politiknya penuh dengan korupsi dan racun serta persatuan masyarakat yang tinggi,” ujarnya.
Selain itu, ada tiga ancaman besar dunia yang harus segera diidentifikasi, diatasi, dan diinterpretasikan oleh Presiden Prabowo, yaitu utang negara, konflik internal, dan krisis eksternal (regional/global).
Menurut pakar keuangan internasional di bidang utang, utang seharusnya digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat dan dengan cepat menghasilkan pendapatan yang besar dari jumlah utang tersebut.
Dengan tidak adanya akses listrik terhadap aparat keamanan, dumping utang dapat dicegah.
“Moral hazard pejabat yang berwenang menggunakan kredit juga dapat dihindari,” ujarnya.
Oleh karena itu, Presiden Prabowo harus menunjukkan kepemimpinan dalam menangani utang.
Dengan mengundang Ray Dalio sebagai ketua Kabinet Merah Putih, Prabowo seolah memberikan sinyal kuat bahwa dirinya punya strategi yang berbeda dengan Jokowi dalam urusan utang.
Dalam situasi saat ini, ancaman kedua yang menjadikan negara menjadi masalah adalah konflik internal.
Dalam konteks Indonesia, potensi konflik terbesar terletak pada kabinet Prabowo sendiri.
Tentu saja, Presiden Prabowo harus segera mengatasi konflik apa pun yang mungkin muncul di kabinetnya.
“Waktunya masih lama kalau ukuran sistem politik tahun 2029. Namun tsunami bisa terjadi kapan saja jika semua kondisi dan keadaan yang terjadi di dunia sesuai dengan kenyataan dan iklim. menghadapi ancaman badai perang di dunia,” ujarnya.
Selain itu, terdapat ancaman konflik ketiga di dunia dimana bisa dikatakan situasi dunia menjadi sangat tegang akibat peperangan yang terjadi di banyak wilayah.
Segala jenis perang dilakukan dengan sempurna seolah-olah menutup opsi diplomasi, dengan negara-negara yang terkesan berada di atas hukum internasional.
Namun, dengan pengetahuan penuh mengenai geopolitik global, Presiden Prabowo tampaknya menerapkan strategi tersebut.
Hal ini terlihat dari keberhasilan pertama Menlu RI menghadiri pertemuan BRICS dan mendaftarkan Indonesia menjadi anggota.
Tanpa mundur jauh dari pertemuan-pertemuan internasional lain yang pernah diikuti oleh Indonesia.
Oleh karena itu, jika ketiga permasalahan yang masuk ke dunia ini dapat diprediksi berdasarkan kepentingan nasional Indonesia, maka hal tersebut sejalan dengan pilihan strategis yang harus diambil Presiden Prabowo setelah memanfaatkan besarnya investasi yang masuk, untuk mempersiapkan generasi muda. masyarakat untuk pembangunan dan fokus pada teknologi.
Oleh karena itu, teknologi akan mengubah arah dunia dalam lima tahun ke depan, dan ini masih di era pemerintahan Presiden Prabowo.
“Dalam dunia yang menghadapi begitu banyak perubahan dan ketidakpastian, tentu saja hal ini menjadi prioritas untuk membuat strategi untuk segera menunggu,” ujarnya (lkf).