disinfecting2u.com – Almarhum Syekh Ali Jaber membahas tentang shalat Tahajud. Amalan ibadah Sunnah paling populer di kalangan mukmin yang mengatakan bahwa mukmin sering menunaikan shalat Tahajjud karena kesuksesan bisa menjadi sifat mereka yang paling populer.
Meski demikian, ada pula yang berpendapat berbeda mengenai syarat salat Tahajjud. Ada pula yang mengatakan bahwa sebelum melakukan sunnah di malam hari, sebaiknya tidur terlebih dahulu.
Di sisi lain, banyak orang lain yang mengatakan bahwa shalat Tahajjud itu afdhol. Meski sebaiknya Anda tidak memprioritaskan tidur malam.
Ada yang bilang sebaiknya tidur meski memejamkan mata sebentar lalu membukanya kembali, kata mendiang Syekh Ali Jaber, dikutip disinfecting2u.com dari kanal YouTube Sahabat Berriman 99, Selasa (22/10). /2024).
“Kalaupun kamu menunaikan shalat Tahajud di malam hari, bukankah kamu harus tidur dulu?”
Sambil bercanda, mendiang Syekh Ali Jaber mengatakan, konsep tidur dulu atau tidak, baru ada di Indonesia. Meskipun dia tidak tahu siapa asal usul aslinya, hal itu menimbulkan beberapa diskusi.
Mantan pendeta kelahiran Medina ini juga berbagi cerita berdasarkan pengalaman masa lalu. Ia menuturkan dalam video tersebut terdapat pembahasan mengenai shalat Tahajjud.
Video tersebut mendapat ulasan beragam dari netizen. Banyak yang menyebut anjuran tidur dulu sebagai syarat praktis menunaikan Tahajud.
“Ada momen saat saya membagikan video tersebut dan ada komentar dari jamaah, tidak-tidak, saya sadar sebaiknya saya tidur dulu, meski saya memejamkan mata sebentar dan membukanya kembali,” ujarnya.
Jika kita merujuk pada arti kata Tahajud, maka shalat sunnah magrib mempunyai awal ayat. Nama Tahajud dari hajjada berarti “bangun”.
Namun mendiang Syekh Ali Jaber berpendapat, tidur tidak boleh dijadikan sebagai penjelasan utama syarat salat Tahajud. Pahala merupakan landasan penting bagi orang beriman untuk mempertahankan agamanya.
Katanya nasehat tentang tidur itu lebih penting. Tujuannya adalah untuk mencegah seseorang tidur pada sepertiga malam terakhir.
Ia mengatakan, tidur membuat seseorang sulit untuk bangun, terutama mereka yang sering kesulitan bangun. Karena istirahatnya, ia mempunyai kemampuan untuk meninggalkan shalat Tahajjud.
Jika tak tidur, ia menegaskan agar semua orang bekerja sesuai kemampuannya. Pesan ini mencegah manusia untuk memaksakan diri untuk tidak beristirahat saat Tahajjud dan hanya untuk sakit.
“Itu kembali ke kemampuan masing-masing orang, ada yang biasa tidur, bangun tengah malam, paling akhir jam tiga, lebih sempurna,” tuturnya.
Ia menambahkan, salat Tahajjud tidak boleh dipaksakan untuk dilakukan dalam waktu lama. Hanya dengan melakukan dua rakaat saja sudah bisa mendatangkan manfaat yang besar.
“Tahajudnya jangan 20 rakaat, 2 rakaat mendekati witir Tahajud,” tegasnya.
Wallahu A’lam Bishawab.
(harapan)