NEWS Sebut Prabowo-Gibran Perlu Optimalkan Pajak Hiburan, CORE Juga Soroti Sektor Ini Dimaksimalkan agar Tidak Hanya Fokus Menambah Beban Pajak

Jakarta, disinfecting2u.com – Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakaboming Raka mendapat sorotan dari Pusat Reformasi Ekonomi Indonesia (CORE) terkait kebijakan perpajakan.

CORE meyakini masih banyak potensi yang belum bisa dimaksimalkan khususnya dari sektor hiburan.

Pasalnya, sektor hiburan dapat mendukung peningkatan penerimaan pajak pemerintah di tengah kondisi perekonomian yang penuh tantangan.

CEO CORE Indonesia Mohammad Faisal dikutip Antara mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak menambah beban pajak pada sektor-sektor yang saat ini sedang kesulitan, seperti produksi dan konsumsi.

Dengan melemahnya daya beli Indonesia dan menurunnya indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur, tambahan pajak mungkin menjadi bumerang.

Faisal dikutip Antara, Sabtu (19/19) mengatakan: “Yang perlu dilakukan adalah menyasar permasalahan perpajakan yang selama ini belum maksimal, misalnya pajak untuk hiburan, bagi masyarakat kelas atas atau perusahaan besar dan multinasional. bahwa Mereka beroperasi di Indonesia. 10/2024). Fokus pada eskalasi dan eskalasi pajak

Dalam dokumen Asta Sita, Prabhu Gibran menekankan perlunya reformasi perpajakan melalui ekspansi dan intensifikasi.

Hal ini diharapkan dapat mendorong dunia usaha menjadi lebih kompetitif dan mendongkrak investasi di sektor riil.

Mereka tidak hanya fokus pada sektor tradisional saja, namun juga mempertimbangkan potensi ekonomi digital yang semakin berkembang dan dinilai sangat menguntungkan.

“Jadi ini tidak dikenakan pada sektor-sektor yang saat ini dalam posisi tidak memungkinkan menanggung beban pajak tambahan. Nanti justru bisa menjadi bumerang (efek buruk) terhadap perekonomian,” imbuhnya.

Salah satu hal yang menarik dari Astha Sita adalah perhatian khusus pada industri buku. Prabowo-Gibran berencana memberikan insentif berupa penghapusan PPN atas semua jenis buku dan finalisasi pajak royalti buku.

Kebijakan ini mendapat sambutan positif dari banyak pihak, termasuk CORE Indonesia. Namun, Faisal mengatakan pemerintah juga harus mempertimbangkan sektor lain yang terkena dampak seperti industri tekstil dan alas kaki.

Menyinggung fleksibilitas kebijakan perpajakan, Faisal menambahkan: “PPN bisa dikurangi, tidak perlu menghilangkan PPN. Beban pajak lainnya juga bisa dikurangi.” (semut/rpi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top