Memangnya Boleh Ganti Redaksi Adzan untuk Shalat di Rumah? Justru Quraish Shihab Bilang Zaman Nabi Ternyata…

Youurnwws.com – Pakar Indonesia dalam Interpretasi Alquran, Prof. M Quraish Shihab digambarkan oleh penerbit Adhana, yang mengubah muadzin sehingga dia ada di rumah.

Sebagai seorang pengkhotbah, Kuraski Shihab mengatakan bahwa pada saat nabi ia mengubah penerbitnya Adhan untuk berdoa di rumah selama hujan.

“Di masa lalu, pada saat teman -teman Nabi, ia mengalami hujan lebat, lalu jalan berlumpur. Undangan untuk berdoa diubah oleh penerbit,” kata Kuraish Shihab ketika ia melakukan panggilan video dengan putri kesayangannya, Tajw Shihab, melaporkan bahwa Instagram paving @najwashihab, Rabu (8/1/2025).

Dalam Alquran menyebutkan panggilan untuk doa berisi otorisasi, cedera, panggilan, telinga, perintah.

 

Alquran menyebutkan panggilan untuk berdoa 53 kali diklasifikasikan sebagai bentuk panggilan atau panggilan.

Panggilan untuk berdoa berisi permintaan doa sebagai tanda seorang Muslim harus menghentikan semua kegiatan.

Muadzin sebagai penulis bergema panggilan untuk berdoa harus bergetar keras dan tetap langsung ke Qibla.

Sura al Ma’idah Versetto 58 Sebagai dasar argumen Alquran yang mengacu pada undangan untuk berdoa untuk berdoa, Allah SWT berkata:

و xhi andc

Itu berarti: “Jika Anda menelepon (melakukan) doa, mereka melakukannya untuk konyol dan permainan. Ini karena mereka sebenarnya adalah orang yang tidak mengerti.” (Surah Al Ma’idah, 5:58)

Sejarah Imam Bukhari dan Muslim menjelaskan panggilan untuk doa tanda -tanda suara untuk mengusir setan, utusan Allah berkata:

. .

Itu berarti “jika panggilan untuk berdoa bergema, iblis berbalik sampai dia merasakan panggilan untuk berdoa. Jika panggilan untuk berdoa selesai, maka dia kembali. Ketika Iqamah bergema, iblis juga berbalik lagi. Jika Iqamah selesai, iblis akan kembali, dia akan lewat di antara seseorang dan pujian.” (Jam. Bukhari dan Muslim)

Bahwa Adhan menunjukkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk segera berdoa sebagai bentuk panggilan untuk menyembah mereka dengan Allah SWT.

Adhan juga memiliki serangkaian keputusan atau frasa dalam bentuk pembacaan Dhikr dalam pengalihan pemberitahuan kepada umat Islam yang telah memasuki waktu doa.

Ekspresi kepada Allah Akbar berarti “Allah Yang Mahakuasa”, frasa Ashhadu an Lahaha Illallah memiliki makna “kesaksian bahwa tidak ada Allah yang diberkati kecuali Allah.”

Oleh karena itu, kata ganti Nabi Ashhadu Anna Muhammadur menyiratkan “kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah,” frasa Hayya ‘ala-l-falah berarti “mari kita pergi ke kemenangan”, dan ilaha illallah yaitu “tidak ada Tuhan yang tidak memiliki hak kecuali Allah”.

Namun, Kuraski Shihab menjelaskan penerbit permintaan doa yang diubah Muadzin sehingga bahwa Muslim harus berdoa untuk diri mereka sendiri dan di masyarakat di rumah.

Kurai Shihab menjelaskannya ketika Dewan Uleme Indonesia (MUI) mengeluarkan doa Fardhu of Fatwa yang dilakukan di rumah selama virus Coid-19.

Dia juga menekankan bahwa implementasi doa pada hari Jumat di masjid harus dipaksa untuk tampil di rumah karena virus mahkota.

“Sekarang semua virus koron telah setuju untuk mengatakan bahwa dia mengancam kehidupan manusia. Jadi, Ulama memberi Fatwa bahwa tidak disarankan untuk berpartisipasi dalam doa -doa jemaat, bahkan doa pada hari Jumat,” jelasnya.

Ayahnya, Tajw Shihab, juga menjelaskan bahwa sejarah nabi Nabi juga mengubah editor atau frasa yang terkandung dalam Adhana.

Pada waktu itu, dia mengatakan seorang teman Nabi, dia berada di tengah hujan yang sangat kuat dan tidak pernah berhenti.

Hujan deras ini memastikan bahwa setiap Muslim melakukan doa di rumahnya.

Jadi, bagian mana dari penerbit Adhan yang dikaitkan dengan rekomendasi doa di rumah?

“Jika ada ungkapan dalam panggilan untuk berdoa yang dikatakan Hayya Ala Shalah,” Mari kita berdoa “, maka panggilan ketika tampaknya, berdoa di rumah Anda,” jelasnya.

Sarjana Beasiswa Al-Azhara, Mesir mengatakan bahwa rekomendasi penerbit Adhana karena termasuk kesehatan manusia.

“Ini tidak terkait dengan kepastian jiwa, tetapi dikaitkan dengan kesehatan dan kenyamanan. Ini adalah pendapat agama,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad secara erat melarang orang -orang yang mencium aroma yang tidak menyenangkan untuk pergi ke masjid.

Menurutnya, masjid harus berada di negara suci sebagai tempat ibadah untuk berdoa.

“Jika memiliki aroma yang buruk, orang yang memiliki aroma yang buruk dilarang mendekati, khususnya orang -orang yang dapat melakukan kerusakan pada kesehatan. Ini adalah pendapat agama,” katanya.

(TERJADI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top