Jakarta, disinfecting2u.com – Wakil Menteri Sumber Daya Universitas Permadina, Hendi Riza menyatakan, rencana tindak lanjut pemerintah menjadi faktor kunci peningkatan belanja investasi di sektor sekunder, khususnya industri proses, sangat masif dalam beberapa tahun terakhir. “Sehingga menjadikan industri logam dasar sebagai sektor sekunder, sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor primer,” kata Handy dalam diskusi yang digelar Indef bertajuk “Catatan Akhir Tahun: Faktor Penting Investasi dan Industri untuk Pertumbuhan 8 Persen” di Jakarta , Senin (23.12.2024).
Pengolahan hilir yang berfokus pada pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah telah mendorong pertumbuhan signifikan di sektor ini.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi pada triwulan III 2024 mencapai Rp431,48 triliun, meningkat 15,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Handy merinci, penanaman modal asing (PMA) mendominasi dengan nilai Rp 232,65 triliun, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 198,83 triliun.
Dari total investasi tersebut, sektor industri pengolahan menyerap bagian terbesar yakni 64,1 persen atau setara 14 miliar dolar. Industri logam dasar, produk dan peralatan logam yang belum diolah merupakan kekuatan pendorong utama pertumbuhan sektor ini.
Selain mendorong sektor industri, pengunduhan juga berdampak pada pemerataan investasi di luar Pulau Jawa. Sulawesi Tengah dan Maluku Utara merupakan daerah prioritas karena kaya akan sumber daya mineral yang mendukung industri logam.
“Investasi di sektor hilir juga mengalami peningkatan nilainya, sehingga wilayah Sulawesi Tengah menjadi salah satu wilayah dengan peningkatan investasi yang cukup tinggi, termasuk Maluku Utara,” jelasnya.
Pada Januari hingga September 2024, realisasi investasi Indonesia mencapai Rp1.261,43 triliun atau 76,45% dari target tahun ini sebesar Rp1.650 triliun. (semut/nsp)
