Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, Kunjungi Bali Cek Langsung Keluarga Resiko Stunting

Bangli, disinfecting2u.com – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbanga) / Kepala BKKKBan, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, terjun langsung ke salah satu desa di Bali, memantau langsung dan mengecek keadaan keluarga-keluarga yang berisiko tertinggal di daerah ini, khususnya terkait dengan program Gerakan Peduli Orang Tua. Mencegah rachifikasi (Precaire). Meski Bali memiliki jumlah kasus stunting terendah, namun Desa Suter, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, tetap menjadi fokus kunjungan Menteri Vihaji karena diduga masih ada satu atau dua anak balita stunting yang belum mengalami stunting. telah ditindaklanjuti. .

“Kunjungan kami adalah untuk memastikan (implementasi) program yang (terjebak) di lapangan.” Karena menyelamatkan seseorang sama dengan menyelamatkan satu generasi,” kata Menteri Vihaji bekerjasama dengan orang tua asuh untuk mencegah gerakan desa (Precaire). ) dan Mitra akan bekerja pada tahun 2024.

Kegiatan Pj. Gubernur Bali serta pejabat terkait di pusat dan daerah, Menteri Vihaji, mengatakan dalam pelaksanaan program Genting, tidak boleh ada anak atau ibu hamil dengan indikasi stunting yang melewatkan intervensi. 

“Ini bukan soal angka, tapi keadilan itu perlu. Alhamdulillah, para pemuka dan pejabat adat, termasuk seluruh Bupati Bali, bersedia menjadi orang tua angkat salah satu anak angkat yang termasuk dalam keluarga berisiko stunting. Menteri Vihaji menjelaskan.  

Salah satu kunci keberhasilan yang membawa Bali, termasuk Bangli, menjadi garda terdepan dalam penanganan rahtik adalah gotong royong. 

“Di Bangli bagus, gengnya ramai, gotong royong, gotong royong,” kata menteri. 

Menteri Vihaji menegaskan, negara tetap hadir dalam pengentasan kemiskinan, termasuk melalui program di Genting. 

“Tetapi negara tidak bisa mencakup semuanya. Konsep kami adalah pentahelix. Di negara berkembang pun sama, pentahelix, kerja sama antar pemangku kepentingan. Yang tidak ditanggung negara, didatangi pengasuh. Jangan biarkan warga negara mana pun tidak tersentuh,” desak Vihaji.

Ia juga menyatakan, program Genting Kemendukbangga/BKKBN menargetkan 1 juta anak asuh seiring berjalannya waktu sambil melakukan pemantauan dan evaluasi. 

“Kami tetap berpegang pada Perpres 72/2021 tentang percepatan pengurangan rasisme. Kami tepat dan disiplin. Presisi berarti tepat sasaran. Tepatnya alamat, nama, provinsi tempatnya diketahui melalui data yang ada, ujarnya. Menteri. 

Program Genting ini juga terinspirasi dari prinsip Tri Hita Karana yaitu falsafah hidup tradisional Bali yang mengajarkan masyarakat untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan Tuhan, sesama dan alam lingkungan. Hal ini juga berdampak pada kesehatan masyarakat Bali dan rendahnya angka stunting di Indonesia.

Menteri Vihaji dan rombongan juga mengunjungi langsung dua keluarga yang berisiko tertinggal di desa tersebut. Dialog sang menteri berlangsung silaturahmi bersama keluarga I Wayan Sariyavan. Selain itu, Menteri juga mengunjungi keluarga I Komang Budiartha.

Pj Gubernur Bali, S.M. Mahendra Jaya yang menyambut baik kehadiran program Genting mengatakan, permasalahan stunting pada anak kecil tidak hanya masalah kesehatan namun juga berkaitan dengan ketidakadilan sosial pada anak kecil tersebut. Penyebabnya adalah konsumsi pangan yang buruk/bergizi karena keterbatasan ekonomi dan pola asuh orang tua yang buruk. 

Hal ini menyebabkan tumbuh kembang anak/anak menjadi terhambat atau terhambat sehingga masa depannya tidak kompetitif, kata Mahendra. 

Menurut Mahendra, kondisi tersebut juga bisa menjadi gambaran kualitas sebuah keluarga. 

“Pada daerah yang prevalensi stuntingnya tinggi menunjukkan bahwa di daerah tersebut masih banyak keluarga yang kualitas hidupnya buruk dan tidak bahagia,” ujarnya. 

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (HHS) tahun 2023, prevalensi stunting di Provinsi Bali pada tahun 2023 sebesar 7,2%, turun 0,8 poin dibandingkan tahun 2022 yaitu sebesar 8%. Selain menjadi provinsi dengan tingkat pertumbuhan terendah di Indonesia. Sementara rata-rata prevalensi stunting di Kabupaten Bangli lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Bali.

“Sebagai komitmen kami dalam percepatan pengurangan kemacetan di Provinsi Bali, Pemprov Bali telah mengalokasikan anggaran percepatan pengurangan kemacetan tahun 2024 sebesar Rp71.805.752.144 dan intervensi kemacetan lokal di seluruh kabupaten/kota se Bali dan 166 desa intervensi lokal,” jelas Mahendra.

Selain program Genting yang didukung oleh 3327 tim pendamping keluarga, Pemprov Bali telah membangun platform sistem informasi terintegrasi yaitu Sigenting (Sistem Pemantauan Kemiskinan dan Pencegahan Perdesaan). Sistem informasi ini berguna untuk pengumpulan data, pengukuran, pemantauan, evaluasi dan intervensi terhadap anak balita atau keluarga yang berisiko tertinggal dan kemiskinan ekstrem dengan sumber data terintegrasi lintas sektor. (mobil/ayam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top