Shalat 12 Rakaat Malam Jumat Bulan Rajab, Hadis Shahih, Lemah atau Palsu?

disinfecting2u.com – Ada amalan salat 12 rakaat di malam Jumat Rajab.

Lantas apa dalil salat 12 Rocha di bulan kerajaan? Hal ini tentu saja penting karena jika hadisnya lemah, maka para ulama tetap bisa melakukannya, namun jika hadisnya salah, umat Islam tidak bisa melakukannya. Lantas apakah hadits tentang shalat 12 rakaat di bulan Rajab itu salah atau lemah?

Terkait hal tersebut, Kiai Ma’ruf Khoizin yang selama ini menjadi pimpinan Ahlusunnah wal Jama’ah (Aswaja) PWNU Jawa Timur menjelaskan, memang ada dua kitab sufi populer yang memuat hal tersebut. 

Meski demikian, ia menegaskan dirinya merupakan penganut tasawuf namun tetap berada pada jalur mazhab yang kredibel.

“Izinkan saya menyatakan terlebih dahulu bahwa saya adalah penganut tasawuf dan pengamal tarekat, namun saya berada di jalur ulama sektarian,” ujarnya dalam keterangan yang diperoleh disinfecting2u.com, Minggu, sesuai bidangnya, “dia ungkapnya dalam keterangan yang diperoleh disinfecting2u.com, Minggu (1/5/2024).

Dikatakannya, tidak semua yang disampaikan para ulama sufi langsung diterima dan dilaksanakan.

Namun, hal itu harus disetujui oleh para ulama aliran ini, katanya.

Salah satu contohnya mengatakan Kiai Ma’ruf Khoizin berada di bulan Rajab. 

“Ada anggapan dalam hadis tentang salat sunnah 12 rakaat yang dilaksanakan pada hari Kamis pertama bulan Rajab,” jelasnya. 

Ia kemudian menjelaskan bahwa memang ada dua kitab sufi populer yang memuat hal tersebut. 

“Kitab Ihya” karya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali dan Kitab Al-Ghunyah karya Sulthanul Auliya ‘Syekh Abdul Qadir Al-Jailani” dijelaskan oleh Kiai Ma’ruf Khoizin.

Di bawah ini penjelasan beliau lebih lanjut mengenai dua kitab tasawuf populer, Evaluasi Ahli Hadits dari Ihya’.

Anda tidak perlu khawatir tentang hal ini.

Mengenai salat Raghib, hadits ini disebutkan oleh Ruzain dalam kitabnya. Ini adalah hadits palsu (Al-Hafidz Al-Iraqi, Takhrij Ahadits Ihya’, 2/129)

Pesan berkat Tuhan

Di antara hadis-hadis palsu yang diutamakan adalah salat Jumat malam pertama bulan Rajab yang disebut salat Raghib. Tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadis dan ulama hadis, meskipun termasuk dalam kitab Ihya dan Qut Al-Qulub (Syekh Al-Ajluni, Kasyf Al-Khafa’, 2/417).

Dan ini adalah ةلاة الرغايب المشهورة. Dan Bagaimana Cara Menghindarinya? 

“Ini sudah menjadi hadis salat Raghib yang populer,” jelasnya. 

Para ahli hadis sepakat bahwa ini adalah penilaian hadis yang salah (Syekh Syaukani, Al-Fawaid Al-Majmu’ah, 25/1) dalam Al-Ghunyah

Syekh Abdul Hayy Al-Laknawi menjelaskan: 

Pesan dan Pesan ونكهم بونابون 

Hadits salat Raghaib diriwayatkan oleh Wali Ghauta kedua dunia dalam kitabnya Ghunyatu Al-Thalibin dan juga oleh Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin. 

“Itu adalah hadis palsu berdasarkan kesepakatan para ahli hadis,” ujarnya. 

Para perawi yang disebutkan dalam Ghunyah dan seterusnya – kecuali Humaid dan Anas – adalah orang-orang yang tidak dapat dijadikan bukti bahwa di antara mereka ada orang-orang yang tidak dikenal dan ada pula yang pembohong (Al-Atsar Al-Marfuah, 1/62)

Kiai Ma’ruf Khoizin menjelaskan: “Meskipun terdapat dalam kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan Imam Al-Ghazali, namun menurut kalian tidak mengurangi keagungan dan kecemerlangan kalian berdua. Ulama lainnya.”

“Karena bisa jadi mereka hanya menilai Daif dan mengira itu masih sah,” ujarnya.

Demikian Kiai Ma’ruf Khoizin menyimpulkan berkenaan dengan salat 12 rakaat pada malam Jumat pertama bulan Rajab kembali ke mazhab Imam Syafi’i, mazhab yang digunakan di Indonesia.

“Kami akan kembali mengikuti kaidah mazhab Syafii,” ujarnya. “Penerjemah utama mazhab Syafii, Imam An-Nawawi, juga merupakan ulama terkemuka,” ujarnya.

Penjelasannya sama seperti ahli hadis di atas:

Tuhan akan memberi, Tuhan akan memberi, Tuhan akan memberi سارل كلك باطل

Sholat Raghaib yang dikenal dengan 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan Isya pada malam jumat pertama bulan Rajab dan 100 rakaat pada malam Nisfu Syaban adalah buruk dan buruknya curang karena disebutkan dalam kitab Qut Al. -Qulub dan Ihya ‘Ulumiddin . Palsu” (Al-Majmu’, 4/56)

Wallah Alam

(Memberi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top