Program Dasawisma WarSa Dianggap Tak Relevan di Era Modern, Begini Tanggapan Pakar hingga Kepala Desa

disinfecting2u.com, Jombang – Program Dasavisma yang diusung Warsubi Salman (Warsawa), calon Jodi (Paslon) nomor urut 2 pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jombang, dinilai sudah tidak relevan lagi di zaman modern.

Ketika Zombang Mukari, sosiolog dan pendidik Universitas Darul Uloom (Undar), mengenang program Dasawisme Warsawa, ia teringat masa kecilnya.

“Ketika saya mendengar tentang perbudakan, saya teringat saat itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, ayah saya kebetulan seorang petugas industri desa dan ibu saya juga seorang aktivis PKK, jadi saya ingat itu,” kata Mukari, Sabtu (23/2). /11). /2024).

 

Mukari mengatakan silabus Dasavisme sudah tua dan perlu ditinjau kembali apakah masih relevan.

“Programnya harus dipelajari, disesuaikan dengan situasi ya. Artinya apakah program lama ini masih sesuai dengan kondisi masyarakat kita,” jelas Mukari. 

Terlebih lagi, masyarakat saat ini adalah masyarakat post-truth, masyarakat post-truth, tambahnya.

Kondisi ini menjadikan masyarakat saat ini semakin pragmatis dan nilai kearifan lokal semakin berkurang.

Kalau program perbudakan itu diterapkan pada tahun 1970-an, kalau masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai solidaritas, (program perbudakan) masih bisa dilaksanakan dengan mudah ya, ”ujarnya.

Namun jika program tersebut dilaksanakan saat ini dengan perubahan kebiasaan masyarakat, maka akan sulit untuk dilaksanakan.

“Apalagi pasca pandemi (Covid-19), tatanan kehidupan sudah banyak berubah sehingga cukup sulit menerapkan model seperti ini,” ujarnya.

Mukari mencontohkan kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat secara bersama-sama namun sulit dilaksanakan saat ini.

“Apakah masyarakat kita saat ini mau melakukan bakti sosial, gotong royong, membersihkan saluran, sekarang sulit. Kenapa? Karena masyarakat sudah tahu bahwa negara bisa menganggarkan semua kebutuhan itu,” jelasnya.

Kegiatan ini sudah dianggarkan, sehingga pengabdian kepada masyarakat tidak diperlukan lagi.

Bupati Nomor Urut 2 disebut Mukari, meski sebelumnya menjabat sebagai Kepala Desa (Kades). 

Selama menjabat, pernahkah partainya menjadikan kelompok seperti PKK sebagai model penegakan perbudakan?

“Jadi mereka (Warsubi) bisa memulai program (perbudakan) yang bagus dan melaksanakannya, kalau bagus ya bagus,” ujarnya. 

“Tetapi hal itu tidak mudah dilakukan dalam masyarakat praktis kita saat ini karena saat ini segala sesuatu harus dievaluasi dengan benda,” tambah Mukari.

Menurut Mukari, Minardi, mantan Wakil Ketua DPRD Jombang periode 2014-2019, mengatakan program anggaran Rp 1 juta per tahun untuk perbudakan merupakan program lama pemerintah.

Jika diterapkan kembali, Jombang harus melakukan penyesuaian dengan legislatif di gedung DPRD. 

Sebab, setiap pasangan calon mempunyai koalisi partai pengusung yang kemudian akan membawa agenda tersebut ke DPR.

“Di parlemen, siapapun dan siapapun partai koalisi yang dipilih, DPRD dan pemerintah mempunyai peran penting untuk mengendalikan situasi dan menjaga peredaran APBD,” ujarnya.

Selain itu, menurut Minardi, daripada bicara Dasavisma, yang diajukan pasangan calon Munjida-Surambah untuk dana RT/RW lebih realistis.

“Karena programnya sudah ada link RT/RW, aturan dasarnya sudah ada. Kalau Dasavisme, saya kurang paham detail anggarannya,” ujarnya.

Pada pemilu kali ini, pasangan yang ada saat ini diyakini lebih memahami anggaran di APBD sehingga kalau membuat program akan realistis, ujarnya.

“Program petahana seringkali lebih realistis dibandingkan pendatang baru karena petahana sudah mengetahui bagian anggarannya, sedangkan pendatang baru menganalisisnya, mempertanyakan partai yang didukungnya,” jelasnya.

Minardi kemudian menjelaskan, Dasavisme sebenarnya sudah ada sejak era Orde Baru (orba).

“Belum diterbitkan sebagai program karena sudah ada,” ujarnya.

Di sisi lain, Kepala Desa Kepatihan Erwin Pribodi mengakui program Dasavisme sudah menjadi program yang ada di desa dan kelurahan.

“Sudah lama dan sudah ada sebelum saya menjabat. Perbudakan sebenarnya perpanjangan dari PKK, 10 program besar PKK kemudian dimasukkan ke dalam perbudakan,” jelasnya.

Selama ini tugas dan fungsi perbudakan dilakukan oleh pengurus PKK dan Posyandu.

Artinya sudah ada perbudakan, tapi saya belum tahu bagaimana caranya karena programnya diambil alih oleh desa dan disebarkan oleh PKK, katanya.

Selama ini perbudakan sudah masuk anggarannya di PKK. “Anggarannya masuk APBD, anggarannya masuk PKK,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top