Jakarta disinfecting2u.com – Presiden Bawaslu Rahmat Bagja mengikuti simulasi pemungutan suara, penghitungan suara, dan penghitungan ulang hasil Pilkada serentak 2024 yang diselenggarakan KPU.
Kegiatan simulasi ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan di Balaikota Serpong, Tangsel, Banten pada Minggu, 17 November 2024.
Saat itu, Bagja menyampaikan beberapa catatan penting yang diyakininya dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilu.
Salah satu yang menarik dari Bagja adalah proses pemilahan dan penandaan kategori pemilih tidak memenuhi syarat (TMS) yang dilakukan secara digital melalui Sistem Informasi Pemilih (Sidalih), bukan secara manual.
Menurut pendapatnya Pendekatan ini merupakan langkah positif yang patut diterapkan secara konsisten oleh Kelompok Penyelenggara Pemilihan Umum (KPPS) dan kelompok KPU di seluruh Indonesia.
“TMS ini digunakan untuk menandai pemilih secara de jure atau de facto,” kata Bagja, Selasa. (19/11/2024): “Sistem penandaan ini juga sejalan dengan strategi Bavaslu dalam mengontrol keakuratan data pemilih.”
Dijelaskannya, Bavaslu tengah melakukan pengawasan untuk mengumpulkan informasi pemilih TMS.
Informasi tersebut selanjutnya dikirimkan ke KPU dalam bentuk rekomendasi perbaikan untuk memastikan kebenaran klasifikasi TMS.
Hasil pendataan pemilih TMS akan dirilis pada 20 November, tambahnya.
Bagja juga menekankan pentingnya digitalisasi TMS untuk mengurangi risiko kesalahan teknis, seperti kesalahan distribusi surat pemberitahuan kepada pemilih (MS).
“Langkah ini diharapkan dapat mencegah penyalahgunaan surat suara di TPP yang seringkali berujung pada pemungutan suara ganda (PSU),” ujarnya.
Kekhawatiran lainnya adalah pemberian layanan kepada pemilih penyandang disabilitas dalam simulasi tersebut. Meskipun daftar pemilih tidak menyebutkan kriteria disabilitas, Namun informasi tersebut akan dicantumkan dalam salinan DPT yang diberikan KPPS.
“Kami mendesak KPPS untuk mengutamakan pelayanan bagi pemilih penyandang disabilitas. Termasuk memberikan bantuan seperlunya,” kata Bagja.
Simulasi ini akan menjadi wadah evaluasi penyelenggaraan pemilu mendatang. Catatan lainnya Banyak aspek simulasi yang masih digunakan dalam proses analisis. dan memperkuat kontrol teknis terhadap pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS.
Simulasi juga dilakukan untuk mensimulasikan situasi pemungutan suara nyata dengan pejabat BPK, pemilih. Saksi dari pasangan pemohon dan para komandan TPS, perwakilan resmi KPU dan Bavaslu di tingkat pusat, daerah, dan daerah turut serta dalam acara tersebut.
Simulasi ketiga yang dilakukan KPU merupakan langkah penting dalam mempersiapkan pemilu 2024 yang transparan dan akurat. Diharapkan evaluasi terhadap berbagai tulisan Hal ini akan membuat pemilu berjalan lancar dan mengurangi peluang terjadinya gangguan teknis (RPI).