NEWS LEMBARAN Indef: Ekonomi Syariah Harus Dibangun dengan Kolektif, Libatkan Minimal 57 Negara

Jakarta, disinfecting2u.com – Institute for Economic and Financial Development (Indef) menyatakan ekonomi syariah tidak bisa berdiri sendiri, kata Indef Abdul Hakim Najah, penasihat Center for Sharia Economic Development (CSED). .

Setidaknya, menurut Indef, ekonomi syariah setidaknya mencakup 57 negara.

“Ekonomi syariah ini harus kita bangun bersama-sama, kita tidak bisa sendiri, tapi minimal 57 negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) harus kita bangun bersama-sama. Kalau kita ingin membangun ekosistem, maka kita harus membangun ekosistem. membangun hubungan dengan mereka,” ujarnya. , dikutip Antara, Minggu (6/10/2024).

Menurut statistik, hampir 2 miliar umat Islam di dunia akan menghabiskan sekitar 3 triliun dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar tiga kali lipat produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 1 triliun dolar AS.

Kemungkinan tersebut dinilai akan diambil Indonesia melalui koordinasi dengan negara-negara OKI seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

“Sebenarnya sampai saat ini kita agak lalai, kita tidak tahu, kita tidak memainkan peran itu. Abdul mengatakan, “Statistik saat ini menunjukkan bahwa negara lain memainkan peran yang sangat penting, ini mengkhawatirkan karena Indonesia adalah negara terbesar. di OKI untuk industri pengguna makanan dan minuman, sedangkan lainnya di luar OKI. produser hebat,” kata Abdul. Haeem

Survei Ekonomi Islam Global 2023-2024 mencatat industri makanan dan minuman haram didominasi oleh Brasil, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok.

Di sisi lain, Indonesia merupakan konsumen terbesar. Oleh karena itu, ia meyakini diperlukan koordinasi dengan negara-negara OKI untuk menjadi pemimpin ekosistem syariah di dunia.

Berbagai permasalahan terkait isu middle income trap yang perlu diatasi di tanah air.

Sementara tingkat negara berpendapatan menengah mendekati US$4.400-13.800, Bank Dunia melaporkan bahwa Indonesia hanya mencapai US$5.200 per kapita, sedangkan negara seperti Malaysia mencapai US$13.300 dan Singapura 35.000.

Pencapaian pendapatan per kapita dalam negeri dikatakan perlu ditingkatkan melalui investasi asing dan dalam negeri dalam pengembangan teknologi untuk menambah nilai dan inovasi.

Melalui sektor ekonomi syariah, Abdul Hakim melihat ada enam sektor yang bisa digarap untuk meningkatkan pendapatan setiap masyarakat Indonesia. Mulai dari keuangan, makanan dan minuman, pariwisata, fashion, media dan hiburan serta obat-obatan dan kosmetik.

“Saya kira di Indonesia setidaknya ada empat hal yang bisa kita fokuskan, yaitu sektor keuangan, sektor pangan, sektor pariwisata, dan fesyen,” ujarnya.

Secara khusus, ia meyakini industri fesyen lokal akan mampu memenuhi kebutuhan fesyen halal di Indonesia dan internasional melalui koordinasi antara industri tekstil dan berbagai desainer sebagai katalis pemulihan dari keterpurukan ekonomi syariah dilakukan untuk menghilangkan pabrik-pabrik di Indonesia.

“Kalau dilihat dari kemungkinan yang ada saat ini, jumlah penduduknya sangat banyak, alamnya luas dan indah, tingkat ketakwaan kita juga sangat baik, sangat tinggi. Memberikan Indeks Riset (Catatan) Kemampuan kita dalam berkontribusi juga besar. Saya rasa ke depan perlu kita dorong agar inovasi itu penting, di saat yang sama kita memenangkan perekonomian industri, kita menyongsong masa depan, terutama jika kita adalah masyarakat kelas menengah. – Negara berpendapatan, kita ingin menjadi a negara maju pada tahun 2045. Katanya.

Agar Indonesia bisa lepas dari jebakan pendapatan menengah, pertumbuhan ekonomi harus mencapai 8 persen dengan pendapatan per kapita sebesar US$30.000 sebagai target tahun 2045.

Jika tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen dan lingkungan ekonomi syariah selaras dengan negara-negara OKI seperti Brunei dan Malaysia, lanjutnya, maka peluang menjadi pemimpin ekonomi syariah tentu akan semakin luas. (vsf)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top