Gus Miftah Kena Sindir Buya Yahya? Niatnya Bercanda Malah Menghina Penjual Es Teh: Akhlak apa itu, Nabi Saja Tidak Pernah…

disinfecting2u.com – Pendeta Gus Miftah menjadi sorotan publik setelah mengkritik penjual tunggal Buya Yahya karena memperingatkannya tentang moralitas.

Penyerangan Gus Miftah terhadap penjual es teh bernama Sunhaji belakangan ini ramai diperbincangkan. Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal Gus Miftah bersuara menentang pedagang es krim dan tindakannya membuat marah publik.

Kali ini diunggah di media sosial, diketahui sang profesor masuk ke Magelang, lalu melontarkan kata-kata tidak pantas dari penjual es teh tersebut.

Akibat perbuatannya, netizen menyebarkan virus Gus Miftah dengan memposting video lain hingga menyebar.

Ia juga kedapatan menghina artis lawas Vossaya Tipes.

Akibat tindakan tersebut, pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji memutuskan mundur sebagai gubernur khusus.

Melihat situasi tersebut, Buya Yahya mengatakan untuk tidak membiasakan bercanda dengan mengkritik orang lain.

Buya Yahya menjelaskan apa itu? Silakan periksa informasi di bawah ini. 

Dilansir disinfecting2u.com dari program YouTube Buya Yahya, pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, memperingatkannya agar tidak berperilaku. 

Meski hanya bercanda, umat Islam tidak boleh menghina orang lain.

“Jangan mencela orang lain, menyontek bukanlah sifat seorang bintang,” kata Buya Yahya di akun YouTube-nya.

Buya Yahya berbicara kepada Gus Miftah yang menghina penjual es teh. (Kolase tvOnenews)

Tanpa disadari, lelucon-lelucon tersebut merendahkan hak asasi manusia dan tidak bermartabat tidak hanya di mata orang lain namun juga di hadapan Allah SWT.

Karena Rasulullah SAW tidak pernah memandang rendah orang lain, meskipun beliau bertubuh tinggi.

“Dia tidak membiarkan orang lain mengkritik, tidak pula cara Nabi. “Para nabi tidak pernah memandang rendah orang lain, bahkan nabi yang paling sakti dan sakti sekalipun,” ujarnya.

“Siapa kita? Beraninya kita memandang orang itu?”

Bahkan Imam Ghazali pernah berkata, jika seseorang beruntung hari ini, belum tentu beruntung besok.

“Orang itu buruk hari ini, tapi besok dia lebih baik dariku,” kata Buya Yahya dalam sabda Imam Ghazali.

Maka, dalam pelayanan-Nya, Nabi memandang seluruh umat-Nya dengan pikiran cinta dan kasih sayang.

Beliau menjelaskan, “Dalam ajakan yang baik dengan khotbahnya, Nabi memandang mereka dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan penghinaan.”

Buya Yahya mencontohkan, seorang guru atau ustaz tidak boleh berdakwah kepada muridnya dengan persetujuan.

“Ustaz lihat santri, hina, jatuh dan bukan ustaz lagi. Harus belajar lagi,” imbuhnya.

Oleh karena itu, sebaiknya persiapkan hati dengan rasa kasih sayang dan cinta sebelum berdakwah.

“Hati harus bersatu jika ingin mengajarkan masyarakat untuk memandang mereka dengan kasih sayang dan cinta,” ujarnya. (kmr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top