Terakhir, setelah rangkaian event nasional yang meriah akhir pekan lalu, kini kita sudah punya kejelasan nama-nama yang akan mengisi 48 posisi dinas yang diciptakan oleh Prabowo-Gibran.
Menurut saya nama-nama ini sangat cantik, berbeda dan sukses di bidangnya. Proses pencarian berbagai menteri di kabinet Merah Putih pun memunculkan harapan. Ada catatan matang, ada ujian jenjang, ada pembekalan dan bimbingan dari Kertanegara, Hablang hingga Akmil Magelang dan peran serta banyak kelompok lain bentukan Prabowo Subianto bisa menjadikan Merah Putih. Kabinet menyelesaikan berbagai hal dengan lebih cepat dan lebih banyak.
Sufmi Dasko Ahmad, Anggota Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo Gibran yang merupakan penanggung jawab penelusuran 107 nama yang mengisi 48 pos yang dijabat oleh Prabowo Subianto, mengatakan, nama-nama yang muncul adalah yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Bisa. Nama-nama ini tidak muncul begitu saja, melalui proses yang panjang dan banyak nama yang dipilih bertahun-tahun yang lalu.
“Kami tidak banyak mengemudi, tapi kami melakukan banyak pekerjaan,” kata Dasko.
Kini setelah rantai kekuatan pemerintah berakhir, sebuah tugas penting menanti. Salah satu agenda penting yang dilaksanakan oleh Prabowo Subianto adalah pemberantasan korupsi. Kita tahu ini salah satu hal terlemah dalam sepuluh tahun pemerintahan Jokowi. Indeks Pemberantasan Korupsi stagnan, stagnan, stagnan.
Pemerintahan 10 tahun Jokowi berakhir tepat ketika ia dilantik sebagai presiden terpilih pada tahun 2014, menurut data. IPK Indonesia pada tahun 2014 adalah 34, kemudian 36 pada tahun 2015, kemudian 37 pada tahun 2017, kemudian 38 pada tahun 2018, lalu turun menjadi 40. Pada tahun 2019.
Serangan politik terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi juga semakin gencar hingga akhirnya berujung pada “disintegrasi” lembaga antirasuah tersebut menjadi lembaga yang terdiskreditkan. DPR Sudah Mulai Hak Penyidikan, MK Masukkan Komisi Korupsi (KPK) ke Badan Pimpinan Umum, Ekstremnya ‘Membunuh’ KPK Perubahan UU KPK Dilakukan Akhir 2019 Masa jabatan Jokowi berkuasa.
Ada indikasi bahwa anggaran pembangunan bocor – setidaknya – 30 persen setiap tahun, seperti yang dikatakan oleh pemimpin ekonomi Sumitro Jojohadikusumo, yang juga ayah Prabowo beberapa dekade lalu, dan hal ini masih terjadi. Temuan anggaran buruk dan berkualitas rendah, bahkan sepertiga anggaran rusak.
Saya yakin, Prabowo yang terkenal dengan sikap detilnya akan memprioritaskan isu pemberantasan korupsi dalam agenda 100 harinya. Berkali-kali ia memperingatkan orang-orang yang dipanggil ke Kertanegara dan Hablang agar tidak main-main. Prabowo mengaku tak segan-segan menyerahkan kepada aparat penegak hukum siapa pun yang terlibat korupsi di wilayahnya, meski orang tersebut adalah orang-orang terdekatnya. Untuk itu kita mengenang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhi Prabowo, salah satu orang terdekat Prabowo Subianto yang mendekam di balik jeruji besi karena korupsi.
Pernyataan tegas diberikan oleh Prabowo. Dia berkata, “Saya sudah menyampaikan hal ini kepada semua pihak yang ingin bergabung dengan aliansi. “Saya tegaskan, semua Ketua Umum, jangan masukkan menteri-menteri yang Anda tunjuk ke dalam pemerintahan, jangan masukkan mereka untuk meminta uang dari APBN,” kata Prabowo. Program pengenalan MLA PKB dua minggu lalu.
Sinyal lain untuk tidak dimanipulasi diberikan dalam pidato pengukuhannya pada 20 Oktober lalu. Kepala ikannya busuk, kata Prabowo. Prabowo tentu ingin menjelaskan pentingnya keteladanan dalam pemberantasan korupsi. Kita tahu bahwa dalam banyak kasus pemberantasan korupsi tidak menjadi sebuah gerakan politik yang terorganisir karena para petinggi politik terlibat dalam “pencurian” dana pemerintah. Isi pidato ini sangat penting untuk menekankan kemauan politik pemimpin politik tertinggi. Lebih jauh kita tahu, beban Asta Sita yang harus segera dipenuhi adalah pemberantasan korupsi.
Apa yang perlu dilakukan? Seratus hari pertama akan dilakukan pemilihan ulang calon pimpinan KPK secara cepat, sehingga tidak ada satupun yang tidak sejalan dengan gaya baru antikorupsi pemerintahan Prabowo-Gibran. Hal ini juga untuk memastikan calon pimpinan KPK yang terpilih pada masa pemerintahan Jokowi tidak mempunyai agenda sendiri, apalagi memberantas korupsi sebagai alat tukar politik.
Lalu, segera uraikan pasal-pasal perubahan dalam UU KPK yang menjadikan lembaga antirasuah ini bagian dari badan pimpinan umum. Hal mendesak lainnya di 100 hari pertama adalah segera menyiapkan daftar permasalahan yang menyebabkan RUU Penyitaan Aset tersangkut di DPR.
Selain memberantas korupsi, Prabowo juga harus segera “menekan gas” pertumbuhan ekonomi. Harapan terciptanya lapangan kerja baru hanya bisa terwujud bila tingkat pertumbuhan bisa ditingkatkan di atas 5 persen. Oleh karena itu, pemerintahan Jokowi “gagal” menaikkan kelas karena pertumbuhan ekonomi tidak pernah bisa melebihi 5 persen.
Untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, Prabowo harus bisa cepat mengkoordinasikan seluruh sektor di bawah Kementerian Perekonomian yang dipimpin Airlunga Hartarto. Bonus demografi yang ada saat ini harus dimanfaatkan dengan cepat agar masyarakat Indonesia bisa sukses dan kaya sebelum menjadi tua. Tentu saja hal tersebut hanya bisa dicapai jika terjadi “lompatan” pertumbuhan ekonomi. Dalam lima tahun ke depan, Prabowo harus menjadikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi dan maju.
Meski wajah-wajah yang mengisi jabatan di bidang ekonomi banyak yang merupakan wajah-wajah lama, namun prestasi-prestasi baru harus diukir. Tidak ada metode yang umum, apalagi metode yang umum. Kebiasaan, mentalitas, pola kebiasaan harus ditinggalkan dan digantikan dengan ‘kemajuan’ dan ‘revolusi’. Yang langsung jelas adalah bahwa kabinet yang “berat” akan mempersulit pengambilan kebijakan yang efektif. Oleh karena itu, kepemimpinan politik sangatlah penting. Tidak boleh ada kebijakan yang tumpang tindih atau bertentangan.
Sifat pembangunan ekonomi harus dihidupkan kembali. Basis pertumbuhan ekonomi yang selama ini bertumpu pada sektor konsumsi, seharusnya didorong oleh penguatan industri pengolahan. Pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada sektor konsumsi sangat lemah: ketika perekonomian sulit, pendapatan masyarakat menurun, daya beli menurun, sektor konsumsi menyusut. Ibukota yang dikuasai pada awal rezim Prabowo-Gibran penting untuk mengembangkan kepemimpinan yang kuat. Setidaknya Prabowo-Gibran saat ini memiliki dua modal sosial, yaitu citra publik yang positif dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi. Pasangan ini unggul satu putaran yakni 96.214.691 suara atau 58,59 persen pemilih. Prabowo-Gibran juga mempunyai keunggulan yang signifikan, belum lagi sebaran regional: lebih dari separuh pemilih di 35 provinsi mendukung Prabowo-Gibran.
Dengan tingginya kapitalisme politik ini, jika suatu saat nanti terungkap ada menteri yang kinerjanya tidak baik, saya kira alat-alat yang dimiliki Prabowo, yakni di kabinet, bisa digunakan. Karena janji sudah diucapkan, Asta Sita harus segera dipenuhi, negara ini sudah lama menunggu, kita tidak bisa menunggu! (Aesop Suvardaniyasa Muslimin)