disinfecting2u.com – Dedi Corbusier menggali tajam kontroversi uang sumbangan Agus Salim yang melibatkan Farhat Abbas dan Danny Sumargo.
Perseteruan Prativi Navyanti dan Agus Salim kini merembet ke berbagai sisi.
Danny Sumargo dan beberapa tokoh masyarakat lainnya pun ikut terlibat kontroversi tersebut.
Kontroversi bermula dari dugaan penyelewengan dana sumbangan yang dilakukan Agus Salim.
Seiring berkembangnya kasus, beberapa tokoh masyarakat terlibat sengketa sumbangan senilai Rp 1 miliar.
Beberapa dari mereka memiliki niat tulus untuk membantu menyelesaikan masalah dan yang lain tampaknya mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Selain itu, banyak tokoh masyarakat yang ikut campur dalam kisruh seputar uang sumbangan Eggs. Juga berkomentar, adalah salah satunya. Ayah Corbusier.
Mantan psikiater itu melontarkan komentar pedas kepada pihak-pihak terkait seperti Agus Salim, Farhat Abbas, Prativi Novianti, dan Danny Sumargo.
Pria bernama lengkap Deodatus Andreas Dedi Kahyadi Sanyojo ini mengaku belum mau berkomentar lebih jauh terkait kontroversi tersebut.
“Bukannya saya tidak mau berkomentar, saya tidak mau apa-apa. Seperti masalah Farhat, masalah Agus dan sebagainya, jujur saja…aneh. Aneh. Sesampainya di sana, saya dihubungi. . Kedua belah pihak, karena saya sudah diundang sekali “dua kali, sesekali. Hanya satu undangan, saya dihubungi,” kata Dede Corbusier kepada awak berita, seperti dilansir saluran Investigasi Intensif YouTube, Senin. (9/12/2024)
Diakuinya, kedua pihak yang terlibat masalah tersebut telah menghubunginya.
Dia meminta untuk dipanggil kembali di podcast Daddy Corbusier. Namun Dedi tegas menolak.
Suami Sabrina Cherunisa ini mengaku tak ingin mengungkit persoalan itu lagi di podcastnya.
“Lama-lama itu saja, akhirnya semua ikut terlibat. Ibarat manusia salju, semua ikut terlibat. Makanya saya tidak memulainya sekarang. Ya, masalahnya Danny Sumargo, itu saja,” kata Daddy Corbusier.
Ia mengatakan, persoalan uang sumbangan Agus Salim merupakan persoalan paling menggelikan yang pernah ia hadapi.
“Saya lihat, itu adalah masalah paling lucu dalam hidup saya yang terjadi di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, polisi tidak boleh terlibat dalam permasalahan seperti itu, apalagi Kementerian Sosial.
Ia menilai kementerian tidak terlalu perlu mengatasi masalah seperti itu.
“Ya ya. Coba bayangkan kementerian yang mengurus hal itu. Masih banyak lagi penyandang tunanetra, kementerian dipanggil untuk merawat penyandang tunanetra, seharusnya kementerian tidak mengurusnya. Itu bukan tugas pemerintah, bukan tugas negara, kenapa negara ikut campur. “Kenapa menteri ikut campur?”
Kalau saya menteri, saya minta seluruh aparat kepolisian dihadirkan,” tutupnya. (tsy)