Kisah Gus Dur yang Pernah Ditawari Umur 90 Tahun Tapi Malah Minta Cukup 69 Saja, Ternyata Wafatnya Benar di Usia Itu

disinfecting2u.com – K

Selama ini makam presiden ke-4 itu setiap harinya dipenuhi peziarah.

Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada usia 69 tahun.

Abdul Moxit Ghazali (2018) yang dikenal kedekatannya dengan Khus Dur pernah dipersembahkan Khus Dur selama 90 tahun oleh bidadari. 

“Umurmu 69, apa gunanya hidup selama itu? Intinya benar Gus Dur meninggal pada usia tersebut, kata Moxit Ghazali dalam ceramahnya pada Forum Ilmiah Moderasi Islam di Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2018. 

Kisah Khus Dur terungkap ketika Moxit al-Ghazali menjelaskan riwayat Saad bin Abi Waqash, sahabat Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan Sa’ad bin Abi Waqash pada usia 42 tahun datang menemui malaikat yang ingin membunuh temannya. 

Namun, Saad bin Abi Waqash, teman Saad, menentang malaikat tersebut karena anak-anaknya masih kecil.

Kemudian sahabat Saad bin Abi Waqash berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala agar diberi umur panjang. 

Allah SWT mengabulkan doa sahabat Sa’ad bin Abi Waqash.

Sahabat Sa’ad bin Abi Waqash meninggal dunia pada usia 84 tahun.

Hingga saat ini makam Saad bin Abi Waqash di Guan Guangzhou, China, banyak dikunjungi orang dari luar negeri.

Kisah Gus Durr yang Pernah Dilamar di Usia 90 Namun Diminta di Usia 69 Namun Meninggal di Usia Tersebut (Sumber: Eksklusif)

Gus Dur merupakan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan dijuluki Guru Bangsa.

Setelah jatuhnya Soeharto, Gus Dur menjadi presiden sebelum digulingkan secara politik oleh KHDR. 

Gus Dur lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur dan bernama asli Abdur Rahman Addakhil. 

Gus Dur merupakan anak sulung KH Wahid Hasim dan cucu dari KH Hasim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sedangkan Gus Dur merupakan cucu dari KH Bisri Syansuri, pendiri Pondok Pesantren Denanyar di Jombang, Jawa Timur. 

Sejak menikah dengan Cinta Nuria, Gus Dur dikaruniai empat orang putri, Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid alias Jenny Wahid, Alyssa Kotrunnada Wahid, Anita Hayatunfus Wahid, dan Inayah Wulandari Wahid. 

Gus Dur sudah bisa mengaji sejak usia 5 tahun dan pertama kali belajar membaca Alquran bersama kakeknya KH Hasyim As’ari. 

Setelah lulus SD Gus Dur, orang tuanya menyekolahkannya ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (SMEP) di Gowongan.

Pada saat yang sama, Gus Dur sedang belajar Alquran di Pondok Pesantren Krapyak di Ogyakarta. 

Lulus dari Gus Dur SMEP Gowonga, ia bersekolah di Pondok Pesantren (Ponpes) Tegalrejo di Magelang, Jawa Tengah, dan kemudian di Pondok Pesantren Tambakberas Jombang. 

Gus Dur yang telah menunaikan ibadah haji sejak usia 22 tahun, kemudian dikirim ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir pada tahun 1964 untuk belajar di Fakultas Syariah (Kulliyah al-Syari’ah).

Pada tahun 1966 hingga 1970, Gus Dur melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Sastra Arab, Universitas Bagdad, Irak. 

Gus Dur pindah ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan dan studi di Universitas Leiden.

Gus Dur belajar di Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971. 

Setelah Gus Dur kembali ke Jakarta, ia bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah kelompok intelektual Muslim progresif dan sosial demokrat. 

LP3ES kemudian mendirikan majalah Prisma yang salah satu kontributor utamanya adalah Gus Dur.

Saat itu Gus Dur mengunjungi pesantren dan madrasah se-Jawa hingga mengetahui kondisi pesantren yang nilai-nilai tradisional pesantren mulai hilang akibat perubahan dan kemiskinan.

Gus Dur kemudian melanjutkan karirnya sebagai jurnalis dengan menulis untuk Tempo dan Kompas. 

Selain aktif sebagai penulis dan kontributor, Gus Dur pernah menduduki beberapa posisi sebagai guru.

Meski Gus Dur merupakan cucu pendiri NU, namun Gus Dur belum tentu terlibat dalam pemerintahan. 

Gus Dur diterima setelah ayahnya KH Bisri Syansuri meyakinkannya. 

Gus Dur aktif di NU pada tahun 1984 hingga 2000 atau tiga periode sebagai Ketua Majelis Wali Amanat.   

Terakhir, pada masa reformasi, sekitar tahun 1999, Gus Dur terpilih secara demokratis menjadi Presiden RI ke-4 menggantikan Bacharuddin Jusuf Habibi. 

Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI ke-4 hingga Mei 2001. 

Gus Dur atau yang akrab disapa Gumurdi meninggal dunia pada 30 Desember 2009 dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top